Pages

Wednesday, August 14, 2019

Bisakah BitCar Cs Goyang Grab dan Gojek Tanpa 'Bakar Duit'?

Jakarta, CNBC Indonesia - Persaingan di transportasi online tanah air dipastikan akan semakin ramai setelah kehadiran pemain baru. Di pasar ini Grab dan Gojek merupakan pemain utama dan mendominasi sektor ini.

Paling tidak ada lima pemain baru yang akan bersaing dengan Grab dan Gojek. Yakni, Maksim, BitCar, Anterin, Asia Trans dan FastGo. Namun pertanyaan apakah mereka akan mampu bersaing dengan Grab dan Gojek?


Mendominasi pasar transportasi online di tanah air Grab dan Gojek menerapkan strategi yang sama. Mengumpulkan mitra driver yang sebanyak-banyaknya dan membakar uang dengan memberikan diskon tarif atau cashback.

Dulu diskon tarif tersebut diberikan secara terang-terangan. Kini diberikan bila membayar tagihan dengan menggunakan uang elektronik. Melalui OVO dan GoPay. Strategi subsidi tarif ini dilakukan untuk menarik pengguna sebanyak-banyak. Tujuan subsidi harga ini adalah untuk membiasakan masyarakat menggunakan layanan mereka dan menciptakan ketergantungan.

Bisakah BitCar Cs Goyang Grab & Gojek Tanpa 'Bakar Duit'?Foto: Infografis/4 Penantang Baru Gojek & GRAB/Aristya Rahadian Krisabella

Strategi bakar duit ini pun telah sukses membunuh para pesaing-pesaing terdahulu. Sebut saja Ladyjek, Ojekkoe, TopJek, OjekArgo, Taxi Motor hingga Blujek yang kini namanya sudah tak terdengar lagi karena harus gulung tikar tak mampu bersaing.

Grab dan Gojek berani bakar duit meski perusahaan terus merugi karena terus menerus mendapatkan suntikan dana dari investor. Mengutip Crunchbase, Gojek sudah mengumpulkan dana investor hingga US$3,1 miliar atau setara Rp 43,4 triliun. Deretan investor kakapnya ada Astra International, Rakuten Capital, KKR, Tencent Holding, Google Alphabet hingga produsen otomotif.


Adapun Grab sudah mengumpulkan dana investor sebesar US$9,1 miliar (Rp 127,4 triliun). Deretan investornya, SoftBank Vision Fund, Toyota Motor Group, Booking.com, Microsoft hingga Ping An Capital.

Fenomena bakar duit dalam bisnis ride hailing bukan hanya terjadi di tanah air. Uber, pioner bisnis ride hailing hingga kini masih menerapkan strategi bakar uang untuk bisa bertahan dan menjaga pasar yang dikuasainya.

Bisakah BitCar Cs Goyang Grab & Gojek Tanpa 'Bakar Duit'?Foto: Infografis/Tarif Ojek Online/Arie Pratama

Dalam laporan keuangan yang berakhir Juni 2019, Uber mencatatkan kerugian US$5,2 miliar. Kerugian dari bisnis karena strategi bakar uang tersebut sebenarnya US$1,3 miliar. Sisanya, US$3,9 miliar merupakan kompensasi yang diberikan Uber pada karyawan karena perusahaan melantai di bursa AS.

Lyft, kompetitor Uber di pasar Amerika juga mencatatkan kerugian. Kerugian yang dicatatkan Lyft US$644 juta. Akhir tahun ini diperkirakan total kerugian perusahaan US$850 juta hingga US$875 juta. Lyft juga rajin menebar diskon tarif untuk akuisisi dan menjaga pelanggan.


Didi Chuxing juga sama saja. Mengutip TechCrunch, pada 2018 Didi Chuxing mencatatkan rugi bersih US$1,6 miliar. Didi Chuxing harus menderita kerugian karena memberikan subsidi pada driver dan pengguna. Padahal Didi Chuxing bisa dikatakan pemain tunggal di pasar ride hailing setelah mengusir Uber pada 2016.

Dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Chief Operational Officer (COO) Go Bitcar Christiansen Wagey dengan pasti menjawab apakah mampu bersaing tanpa startegi bakar duit. Dia hanya mengatakan peluang dalam bisnis ini masih cukup besar dan bila berusaha dengan sungguh-sungguh pasti ada jalan.


"[Subsidi tarif] sudah pasti dan kami akan bikin promo free Rp 30 ribu untuk pemakaian pertama. Modal bukan faktor utama tetapi kami akan pakai people power dan people driver," ujarnya seperti dikutip Kamis (15/8/2019).

Simak video tentang para pesaing Grab dan Gojek di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]

(roy/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/305FUIo
via IFTTT

No comments:

Post a Comment