Pages

Thursday, September 5, 2019

Hati-Hati, Nuklir Iran Panas Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran telah mengambil langkah baru terkait perjanjiannya kesepakatan nuklir yang dibuatnya di tahun 2015 dengan sejumlah negara. Bahkan Iran, sepertinya akan kembali mencabut pembatasan dalam pengembangan riset nuklir negara tersebut.

Pejabat Iran mengatakan akan mulai mengembangkan pengayaan uranium, yang dapat menghasilkan bahan bakar untuk pembangkit listrik atau untuk bom atom. Tapi Teheran menegaskan pengembangan ini bukan untuk membuat senjata nuklir.

"Menteri Luar Negeri Iran dalam sepucuk surat kepada kepala kebijakan Uni Eropa mengumumkan bahwa, Iran telah menghapus semua pembatasan pada kegiatan penelitian dan pengembangan (nuklir)," tulis Kantor Berita Mahasiswa Iran ISNA seperti dilansir dari Reuters, Jumat (06/09/2019).


Iran membuat kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JSPOA) dengan negara-negara Dewan Keamanan PBB -China, Prancis, Rusia, Inggris AS, termasuk Jerman- dan negara Uni Eropa untuk membatasi penelitian nuklirnya. Di bawah kesepakatan itu, Iran harus melakukan penelitian dan pengembangan terbatas selama delapan tahun.

Tindakan Iran ini dilakukan sebagai balasan atas sanksi yang diberlakukan Pemerintah AS. Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dengan alasan itu tidak cukup berkembang mengatasi nuklir Iran. Bahkan AS menerapkan kembali sanksi pada Iran. Alhasil, tindakan ini menekan penjualan minyak mentah Iran lebih dari 80%.

Dalam pernyataannya sebagaimana dilansir AFP, Presiden Iran Hassan Rouhani juga memerintahkan organisasi atom negara itu untuk tidak menghiraukan perjanjian JSPOC. "Organisasi energi atom diperintahkan untuk segera memulai apa pun yang dibutuhkan di bidang riset dan pengembangan, abaikan semua komitmen yang pernah ada terkait riset dan pengembangan," ujar Rouhani.


Sebelumnya awal pekan lalu, Iran masih menegaskan komitmennya pada pembatasan pengembangan nuklir. Asal, negara tersebut bisa mendapatkan dana US$ 15 miliar, sebagaimana ditetapkan dalam rancangan rencana bersama Perancis.

Sebelumnya Prancis telah mengusulkan untuk menawarkan kepada Iran sekitar US$ 15 miliar dalam bentuk kredit hingga akhir tahun jika Teheran mau kembali mematuhi perjanjian nuklir tahun 2015. Pemberian dana ini diberikan dengan skema pembelian minyak Iran.

"Kembalinya kami untuk mengimplementasikan secara penuh perjanjian nuklir tergantung pada penerimaan US$ 15 miliar selama periode empat bulan. Jika tidak, ini akan mengurangi komitmen Iran akan terus berlanjut," kata Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi.

"Eropa harus membeli minyak dari Iran atau memberi Iran jumlah yang setara dengan menjual minyak sebagai batas kredit yang dijamin oleh pendapatan minyak Iran, yang bisa diartikan sebagai pra-penjualan minyak,".

Sayangnya langkah itu juga tergantung pada persetujuan Amerika Serikat (AS).

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/34mbPXP
via IFTTT

No comments:

Post a Comment