Pages

Tuesday, October 8, 2019

Bukan Menakuti! Robotisasi Terjadi di RI, Ancaman PHK Menanti

Jakkarta, CNBC Indonesia - Sebut saja namanya Anton, sambil menyetir taksi online, ia bicara ngalor ngidul soal pekerjaan utamanya sebagai karyawan yang 15 tahun bekerja di salah satu perusahaan farmasi.

Anton mulai gundah, perasaannya sedang campur aduk, perusahaan tempatnya bekerja lagi mendatangkan mesin-mesin robot untuk robotisasi pekerjaan. Terbesit di kepalanya soal ancaman PHK, saat robot akan menyingkirkan tenaga manusia macam dirinya.

Curhatan Anton nyatanya bukan isapan jempol belaka. Persoalan mengganti tenaga manusia dengan robot sudah menjadi radar para serikat pekerja di Indonesia. Isu ini bahkan akan menjadi agenda perjuangan mereka di masa depan.


Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengakui bahwa robotisasi memang sudah dimulai pada beberapa industri, sebagian lagi sedang tahap persiapan.

"Iya (sudah mulai)... Persiapan robotik di industri otomotif, pertambangan, chemical, farmasi, elektronik," kata Said Iqbal kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/10).

Apa konsekuensinya?

Iqbal bilang sudah pasti ada aspek efisiensi di industri yang menerapkan robotisasi. Korbannya sudah pasti tenaga manusia itu sendiri, siapa lagi kalau bukan buruh atau pekerja.

"Ancaman PHK Pasti...dalam 3-5 tahun ke depan akan terjadi PHK 30% dari total karyawan yang ada," kata Iqbal.

Beberapa industri padat karya yang banyak mengandalkan tenaga manusia, kini justru sudah mengakui melakukan robotisasi untuk mengejar efisiensi dan kecepatan produksi. Industri tekstil dan produk tekstil misalnya, sudah parsial menerapkan robotisasi.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan biasanya robotisasi diterapkan pada bagian proses produksi di industri garmen, pada proses mengangkut material bahan ke operator jahit.

"Tapi ini lebih banyak pada aspek mengejar kecepatan proses produksi bukan pengurangan tenaga kerja," kata Ade.

Di industri padat karya lainnya seperti alas kaki juga hal yang sama terjadi. Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri Anom mengakui robotisasi sudah ada di industri alas kaki, biasanya dalam proses pemotongan bahan dan lainnya. Apakah berdampak pada efisiensi tenaga kerja?

Firman bilang "saat ini belum berdampak (pada efisiensi tenaga kerja), karena masih lebih pada peningkatan kapasitas," katanya.

Sementara itu Said Iqbal mengatakan para industri atau pengusaha selama ini diam-diam menerapkan robotisasi, termasuk tak mengakui ada konsekuensi pada pengurangan tenaga kerja. Robotisasi memang berisiko pada gejolak para pekerja, seperti yang menjadi kegundahan Anton, sang driver taksi online di atas.

"Karena perkiraan 30% PHK tadi masih berupa potensi PHK dan khawatir ada gejolak di kalangan buruh," kata Iqbal. (hoi/hoi)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/30Ug1uJ
via IFTTT

No comments:

Post a Comment