Pages

Wednesday, October 9, 2019

Masih Pagi Sudah Kuat Lagi, Ada Apa Dengan Yen?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (10/10/19), membalikkan pelemahan Rabu kemarin.

Pada pukul 7:48 WIB, yen diperdagangkan di level 107,28/US$ atau menguat 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum di level tersebut yen bahkan sempat menguat 0,41% ke level 107,02/US$, sementara pada Rabu kemarin melemah 0,36%. 


Isu terbaru dari perundingan dagang AS-China membuat yen kembali perkasa. CNBC International mengutip harian South China Morning Post yang mengatakan perundingan dagang AS-China di pekan ini tidak membuat kemajuan apapun.

Harapan akan adanya damai dagang atau setidaknya beberapa kesepakatan kembali meredup, aset-aset berisiko berguguran dan aset aman (safe haven) seperti yen kembali menguat.

Penguatan yen kemudian terpangkas setelah CNBC International mendapat jawaban dari pihak Gedung Putih yang menyebutkan laporan South China Morning Post tidak akurat.

Perundingan dagang AS-China akan dimulai Kamis 10 Oktober di Washington, dan akan berlangsung hingga Jumat 11 Oktober waktu setempat. Berbagai isu terkait perundingan kedua negara terus bermunculan beberapa hari terakhir.

Rabu kemarin, harapan akan adanya beberapa kesepakatan dagang muncul setelah Bloomberg News, China dikabarkan siap membuat beberapa kesepakatan dagang dengan AS asal tidak ada lagi kenaikan bea impor.

Selain itu, Financial Times juga melaporkan untuk mencapai beberapa kesepakatan tersebut, pejabat China akan melakukan pembelian lebih banyak produk pertanian AS.

Namun sehari sebelumnya, South China Morning Post pada Selasa malam, mewartakan China menurunkan ekspektasi akan adanya kesepakatan dagang dengan AS. Harian tersebut mengatakan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, yang akan memimpin delegasi China tidak mendapat instruksi khusus dari Presiden Xi Jinping.

Selain itu, pada Senin kemarin AS menambah daftar perusahaan yang masuk daftar hitam (blacklist), termasuk di dalamnya perusahaan yang bergerak di bidang artificial intelligence (AI) China. Kementerian Luar Negeri China akhirnya berkomentar "tetap pantau" untuk pembalasan tindakan AS tersebut.

Panas-dingin hubungan kedua negara yang terlontar dari isu-isu yang beredar membuat pasar finansial bergejolak naik-turun layaknya roller coaster.

Hasil pasti pertemuan tersebut baru diketahui Jumat waktu AS besok. Seandainya tidak ada kesepakatan dagang saat pertemuan kali ini, Presiden AS Donald Trump sebelumnya sudah mengatakan pada 15 Oktober bea impor produk dari China akan dinaikkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA  (pap/pap)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/30XJYdD
via IFTTT

No comments:

Post a Comment