Pages

Sunday, November 10, 2019

Tunggu Lanjutan Drama AS-China, Straits Times Pilih Mundur

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Straits Times (STI) mengawali perdagangan pekan ini dengan dibuka melemah 0,15% ke level 3.259,49 indeks poin. Pergerakan STI seiring dengan pelaku pasar yang mengambil sikap defensif sambil menunggu kelanjutan hubungan dagang antara Amerika Serkat (AS) dan China.

Pada Rabu (6/11/19) lalu, kabar penandatangan kesepakatan dagang AS-China akan ditunda hingga bulan Desember membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Sehari setelahnya China mengirim kabar bagus yang membuat sentimen pelaku pasar membaik. Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengabarkan bahwa kedua belah pihak telah setuju untuk secara bersama-sama menghapuskan bea masuk yang menyasar produk impor dari masing-masing negara senilai ratusan miliar tersebut.


"Di dua minggu ini, para negosiator telah melakukan pembicaraan serius, diskusi konstruktif dan setuju untuk menghilangkan tarif-tarif tambahan di tiap fase (kesepakatan) sebagai progres dari perjanjian yang tengah berjalan," ujar Gao sebagaimana ditulis Bloomberg mengutip televisi pemerintah, Kamis (7/11/2019).

"Jika China, AS, mencapai kesepakatan dagang fase pertama, kedua negara harus meninjau kembali semua tarif tambahan dengan proporsi yang sama secara keseluruhan berdasarkan isi perjanjian, yang mana menjadi situasi penting untuk tercapainya kesepakatan," tambahnya.

Pernyataan itu langsung dibantah Presiden AS Donald Trump akhir pekan lalum Jumat (8/11/2019). Bahkan ia mengatakan klaim tersebut adalah kemunduran bagi perdamaian perang dagang.

"Mereka [China] ingin mengalami kemunduran [kesepakatan]. Saya belum menyetujui apa pun [soal tarif]," katanya kepada wartawan sebelum meninggalkan Gedung Putih dalam perjalanan ke Georgia, dilansir CNBC International.

Komentar Trump menjadi penegas atas bantahan yang sebelumnya dilayangkan oleh Penasehat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro. Navarro menegaskan bahwa pihak AS tak pernah menyepakati hal tersebut dengan China. Navarro pun menilai China tengah melakukan upaya propaganda.

"Tidak ada kesepakatan untuk saat ini yang menghapuskan semua tarif yang diberlakukan sebagai kondisi untuk kesepakatan dagang fase pertama," tegas Navarro dalam wawancara dengan Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (8/11/2019).

Simpang siur terkait kejelasan penghapusan tarif besar kemungkinan dapat menjadi faktor penghambat tercapainya kesepakatan dagang kedua negara. Oleh karena itu, sambil mengamati kelanjutan cerita Washington dan Beijing, investor memilih mundur dari pasar saham.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2CwFUaw
via IFTTT

No comments:

Post a Comment