Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari performa Wall Street yang menggembirakan. Pada perdagangan kemarin (15/7/2019), indeks Dow Jones naik 0,1%, indeks S&P 500 menguat 0,02%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,17%. Walaupun tipis, ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertingginya sepanjang masa.
Ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan dalam pertemuan bulan ini menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS.
Di sisi lain, kinerja bursa saham Asia dibebani oleh rilis angka pertumbuhan ekonomi China yang mengecewakan. Kemarin, biro statistik Negeri Panda mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China periode kuartal II-2019 berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.
Sejatinya, data ekonomi China lainnya bisa dibilang menggembirakan. Kemarin, produksi industri periode Juni 2019 diumumkan tumbuh sebesar 6,3%, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,2%, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, penjualan barang-barang ritel periode Juni 2019 diumumkan melejit hingga 9,8% YoY, di atas konsensus yang sebesar 8,5%, dilansir dari Trading Economics.
Dari kedua data tersebut, terlihat bahwa tekanan terhadap perekonomian China sudah mengendur pada bulan Juni, walaupun secara keseluruhan untuk kuartal II-2019 terdapat tekanan yang signifikan.
Tapi tampaknya, pelaku pasar masih mengkhawatirkan laju perekonomian China. Pasalnya, hingga kini perang dagang dengan AS belum juga bisa diselesaikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2lrrvqx
via IFTTT
No comments:
Post a Comment