Pages

Tuesday, August 6, 2019

Ambruk 4 Hari, Lo Kheng Hong: Bank dan Konsumer Potensial

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,91% di level 6.119,47 saat ditutup pada perdagangan Selasa kemarin (6/8/2019) melanjutkan koreksi dalam yang terjadi sebesar 2,5% pada Senin awal pekan ini.

Praktis, sudah 4 hari perdagangan terakhir IHSG terjerembab atau sudah koreksi hingga 4,24% sejak Kamis pekan lalu.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah kemarin di antaranya PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-2%), PT Astra International Tbk/ASII (-2,53%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-4,71%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-3,98%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-2,36%).


Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga terjebak di zona merah yakni indeks Nikkei turun 0,65%, indeks Shanghai anjlok 1,56%, indeks Hang Seng jatuh 0,67%, indeks Straits Times terkoreksi 0,74%, dan indeks Kospi terpangkas 1,51%.

Salah satu sentimen utama bursa saham domestik dan Asia berguguran ialah p

erang dagang AS-China yang kian panas dan menjadi faktor pemicu aksi jual di bursa saham.

Di tengah kondisi demikian, investor saham kenamaan Indonesia, Lo Kheng Hong, merekomendasikan beberapa sektor potensial yang akan menjadi penopang IHSG hingga akhir tahun ini. Dia juga optimistis IHSG akan kembali pulih seiring dengan sentimen positif yang menyertainya.


"Saya optimistis IHSG akan kembali naik karena The Fed [bank sentral AS] sudah turunkan suku bunga," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (6/8/2019).

"Sektor potential, perbankan dan barang konsumsi," katanya lagi.


Pada perdagangan kemarin, sektor konsumsi memang menjadi salah satu sektor penopang kejatuhan indeks. Asing bahkan memborong beberapa saham konsumer.

Sebut saja saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang diborong investor asing Rp 33,51 miliar, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp 24,88 miliar dan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) senilai Rp 22,48 miliar.

Lo Kheng Hong dikenal sebagai salah satu investor bertipe value investing di BEI dan sukses. Bahkan dia dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia karena sudah meraup untung dengan memilih saham-saham dengan fundamental baik dan valuasi yang murah.

Namun dia menekankan yang lebih penting ialah mengetahui kinerja perusahaan dan valuasinya dari pada berusaha untuk meramal IHSG di akhir tahun di level berapa.

"Saya bukan seorang peramal, saya tidak tahu IHSG di level berapa pada akhir tahun, jangankan IHSG di akhir tahun, apa yang terjadi hari esok saja kita tidak tahu," katanya.

"Siapa yang tahu kalau Dow Jones turun 600 hari ini? siapa yg tahu kalau kemarin listrik padam se-Jabodetabek? Hari esok itu misteri," kata Lo Kheng Hong yang pada Desember 2018 tercatat memiliki 13,43% saham perusahaan pertambangan dan migas Grup Indika Energy, PT Petrosea Tbk (PTRO).

Menurut dia jika pun investor IHSG di level berapa di akhir tahun, itu pun tidak ada gunanya, karena bisa saja IHSG naik, tapi saham perusahaan yang dibeli turun, "karena yang kita beli adalah perusahaan yang jelek dan valuasinya mahal. Bila IHSG turun, saham yang kita beli naik. Karena yang kita beli adalah perusahaan yang bagus dan valuasinya murah."

IHSG amblas, nilai emiten BUMN susut Rp 100 triliun.

[Gambas:Video CNBC] (miq)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2YOF1Xp
via IFTTT

No comments:

Post a Comment