Pages

Tuesday, August 6, 2019

Deutsche Bank Berbenah, Seberapa Pengaruh ke Ekonomi Dunia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank asal Jerman, Deutsche Bank Group, mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran yang meliputi pengurangan lebih dari 18.000 karyawan hingga tahun 2022. Hal itu diumumkan Deutsche Bank Group pada Minggu (7/7/2019).

Restrukturisasi itu dilakukan lantaran bank tersebut terus mengalami kerugian selama bertahun-tahun. Deutsche Bank Group lantas memutuskan untuk merampingkan bisnisnya dan hanya berfokus untuk melayani perusahaan di Eropa dan nasabah ritel.

Namun, beberapa analis menilai keadaan yang sedang dihadapi salah satu bank investasi terbesar dunia itu akan serupa seperti Lehman Brother. Lehman merupakan bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat (AS). Namun, pada 2008, bank itu mengalami kebangkrutan.

Ketika Lehman Brothers mengajukan kebangkrutan pada September 2008, hal itu memicu resesi keuangan global, dan dampaknya masih terasa 11 tahun kemudian. Hingga sekarang.

Seberapa Besar Pengaruh Deutsche Bank ke Ekonomi Dunia?Foto: Deutsche Bank (REUTERS/Andrew Kelly)

Lehman Brothers adalah perusahaan besar sehingga efek kebangkrutan itu sangat luas. Akan tetapi, Deutsche Bank Group jauh lebih besar.

Lehman Brothers memiliki aset sekitar US$ 700 miliar sebelum bangkrut. Namun, Deutsche Bank memiliki aset lebih dari US$ 1,3 triliun (sekitar Rp 4.200 triliun). Dengan demikian, Deutsche Bank Group dua kali lebih besar dari Lehman Brothers.

Seperti Lehman pada 2008, masalah besar lainnya yang dihadapi Deutsche Bank ialah bank ini memiliki kontrak derivatif yang sangat besar. Kontrak derivatif ini adalah alat yang digunakan untuk bertaruh di pasar saham, suku bunga, dan pergerakan valuta asing.

Deutsche Bank Group memiliki lebih dari US$ 45 triliun dalam perdagangan derivatif dengan lembaga keuangan lainnya. Meskipun peraturan yang lebih ketat diberlakukan sejak krisis keuangan 2008, aset derivatif ini masih memiliki risiko yang sangat besar. Sama seperti Lehman, perdagangan derivatif ini adalah cara penularan 'kebangkrutan' ke seluruh lembaga keuangan lainnya.

Oleh karena itu, jika Deutsche Bank Group mencatatkan kebangkrutan seperti yang dilakukan oleh Lehman Brothers, bank ini akan menimbulkan kekacauan besar pada sistem keuangan global. Ini terutama karena Deutsche Bank Group jauh lebih besar dari pada Lehman Brothers pada 2008.

Sebagai contoh, selama ini Deutsche Bank Group telah banyak memengaruhi perusahaan lainnya akibat jatuhnya harga saham, dan peringkat kredit yang rendah. Harga saham bank telah turun lebih dari setengahnya pada tahun 2018 dan terus berkinerja buruk.

Pada 15 Juli 2019, harga saham Deutsche mencapai US$ 6,88 per sahamnya. Bisa saja harganya akan terus turun mendekati nol, seperti yang terjadi pada bulan sebelum Lehman dinyatakan bankrut.

Bahkan, upaya Deutsche Bank Group untuk meningkatkan modal, mengurangi bisnis yang berisiko, dan memperbaiki reputasinya terlihat kurang memuaskan. Pada Rabu (24/7/2019), bank melaporkan kerugian sekitar 3,1 miliar euro atau setara Rp 49 triliun pada kuartal II-2019 akibat membayar biaya restrukturisasi, seperti dikutip dari The New York Times. Tidak mengherankan jika hal itu menakuti pasar.

Seberapa Besar Pengaruh Deutsche Bank ke Ekonomi Dunia?Foto: Deutsche Bank (REUTERS/Kai Pfaffenbach)

Deutsche Bank Group juga nampaknya tidak memiliki banyak harapan dari Bank Sentral Eropa (ECB). Apabila bank ini mendapat bantuan dana utangan (bailout) dari ECB, ada kemungkinan dapat menyelamatkan bank. Bahkan jika ECB mau menurunkan suku bunga lagi ke wilayah negatif, maka akan lebih banyak dana masuk ke dalam sistem keuangan Eropa, yang juga bisa membantu Deutsche Bank.

Lalu, bisakah ECB membantu menyelamatkan Deutsche Bank Group jika terjadi kebangkrutan? Jawabannya tidak. Ini mengingat posisi ECB tidak lagi sekuat pada 2008. Kebijakan ECB sejak 2015, tentang quantitative easing (QE) dan langkah penurunan suku bunga pemerintah ke level negatif, dapat berarti bailout Deutsche Bank Group dapat meningkatkan eskalasi krisis Eropa.

Mengutip, Global Research, suku bunga negatif sudah mencakup sekitar 64% hingga 69% dari semua obligasi pemerintah di Eropa. Mengingat besarnya ukuran Deutsche Bank Group sebagai sebuah bank, sulit rasanya menerima kabar buruk ini. Namun, ternyata krisis Deutsche Bank Group ini nampaknya puncak dari berbagai masalah yang sudah dihadapi bank selama bertahun-tahun melebarkan sayap di sektor keuangan dunia.

Pada awal 1990-an, saat Deutsche Bank Group mulai menjadi pusat kekuatan perbankan investasi dan bersaing dengan raksasa Wall Street seperti Goldman Sachs, Citigroup, dan Merrill Lynch, perusahaan melakukan banyak akuisisi. Beberapa bank yang diakuisisi Deutsche Bank Group untuk memperluas operasi perbankan investasi globalnya termasuk Morgan Stanley, Grenfell & Co dan Bankers Trust.

Namun, dalam upayanya menyaingi raksasa Wall Street, Deutsche Bank Group harus menghadapi berbagai masalah. Deutsche Bank Group pernah terlibat dalam penjualan sekuritas yang didukung hipotek beracun (toxic mortgage), penetapan London Inter-Bank Offered Rate (LIBOR fixing), pencucian uang, manipulasi valuta asing, dan skandal lain dengan bank lain.

Pada 2017, Deutsche Bank Group diharuskan membayar denda US$ 7,2 miliar penyelesaian kepada Departemen Kehakiman AS akibat menjual saham berbasis toxic mortgage, beberapa tahun sebelum krisis 2008. Deutsche Bank Group juga harus membayar US$ 41 juta ke Federal Reserve AS karena kegagalan untuk mempertahankan kontrol terhadap pencucian uang dalam bisnis di AS.

Lalu Deutsche Bank Group juga harus membayar US$ 629 juta sebagai hukuman kepada negara bagian New York dan regulator Inggris untuk penyimpangan dalam kendali yang memungkinkan orang-orang kaya Rusia untuk mencuci dana gelap US$ 10 miliar melalui bank.

Pada 2015, bank membayar US$ 800 juta ke Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS. Lalu senilai US$ 775 juta untuk Departemen Kehakiman AS dan US$ 600 juta untuk Departemen Layanan Keuangan New York, dan kemudian £ 227 juta untuk Otoritas Perilaku Keuangan Inggris untuk memanipulasi LIBOR dan Euro Inter-bank Offered Rate (Euribor).

(miq/miq)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2TlmpJD
via IFTTT

No comments:

Post a Comment