Pages

Monday, September 23, 2019

Semuanya Percaya AS Sebentar Lagi Resesi, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Semua pihak, baik pengamat maupun pebisnis di AS, sepertinya percaya kalau resesi akan segera terjadi di AS. Bahkan para petinggi keuangan perusahaan di AS percaya resesi akan datang di 2020, bahkan sebelum pemilihan presiden AS dilakukan.

Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan Universitas Duke ke 225 Chief Financial Officer (CFO) perusahaan di AS. "Sekitar 53% CFO percaya bahwa negara itu akan mengalami resesi pada akhir kuartal ketiga tahun depan," tulis CNBC International sebagaimana dikutip CNBC Indonesia, Selasa (24/9/2019).

Meski data pengangguran dan konsumen di negara adi kuasa itu masih solid, pesimisme telah tumbuh dengan mantap. Ketidakpastian bukan cuma di dalam negeri tetapi juga global menjadi alasan.


Ramalan yang sama juga ditemukan dalam survei Bank of Amerika / Merrill Lynch Global Fund Manager. Dari survei pada 100 manajer global ditemukan fakta bahwa 38% yakin resesi bakal terjadi.

Dalam jajak pendapat yang dilakukan ABC News/Washington Post awal bulan lalu, terungkap pula bahwa enam dari 10 warga AS percaya resesi akan datang di 2020. Sebanyak 60% warga Amerika menilai resesi benar akan terjadi tahun depan sementara 35% lainnya tidak percaya.

"Ketidakpastian kini sangat ekstrim," kata Profesor Keuangan Universitas Duke John Graham. "Perang dagang adalah bagian dari ketidakpastian itu. Tapi hanya sebagian. Jerman ekonomi terbesar di dunia juga memiliki pertumbuhan yang datar. China, bahkan pertumbuhannya lebih lambat,".


Ia menegaskan data yang kuat saja tidak akan cukup menyelamatkan ekonomi AS. Semua perusahaan sepertinya sudah bersiap dengan resiko resesi ke depan.

Sementara itu, analis kenamaan di pasar keuangan David Rosenberg memberi deadline kapan resesi akan terjadi. Menurutnya, resesi akan datang 12 bulan ke depan.

"Ada resesi yang akan datang dalam 12 bulan ke depan," katanya.

Ia bahkan menuturkan upaya bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga akhir pekan lalu, tidak akan berpengaruh signifikan. Ditegaskannya, kedatangan resesi hanya masalah waktu.

Resesi tetap akan datang ke negara itu tahun depan. Pasalnya, data-data ekonomi AS akan semakin suram dan Powell harus memangkas lagi suku bunganya untuk melanjutkan pelonggaran dalam beberapa bulan mendatang.

"Saya pikir The Fed akan mulai memangkas lagi Oktober dan Desember, dan di 2020," tambahnya. "Ekonomi sudah melambat. Penghasilan bahkan sebenarnya sudah berkontraksi,".

Organisation for Economic Cooperation and Development (EOCD) meramalkan pertumbuhan ekonomi AS hanya akan tumbuh hingga 2,4% tahun ini atau turun 0,4 poin dari prediksi di Mei lalu. Sebelumnya di 2018, pertumbuhan mencapai 2,9%.

Pertumbuhan tahun 2020, diprediksi turun 0,3 poin atau menjadi 2,0%.
Pertumbuhan ekonomi dunia juga diprediksi akan tumbuh 2,9% dari prediksi sebelumnya 3,2%.

Pertumbuhan juga dipangkas tahun 2020 nanti. Dari sebelumnya 3,4% menjadi 3,0%.
"Ini mungkin adalah pertumbuhan tahunan terendah sejak krisis finansial terjadi, dengan risiko penurunan terus meningkat," kata EOCD dikutip AFP.

BERLANJUT KE HAL 2 >>> (sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2l0bbxo
via IFTTT

No comments:

Post a Comment