Sejarah menunjukan beberapa presiden pernah coba dijegal, meski tidak berhasil. Tapi bagaimana efeknya saat itu pada pasar saham? Berikut rangkuman CNBC Indonesia.
Bill Clinton
Presiden AS Bill Clinton di-impeach pada 1998 atas tuduhan sumpah palsu dan menghalangi keadilan. Namun bukannya jeblok, dari data CBS News, pasar saham menguat tajam pada saat itu.
Ketika perhatian seluruh negara tertuju pada kekacauan politik dan kasus personal sang presiden, sebagian investor justru mengabaikannya dan memilih mencermati era booming-nya laba perusahaan, tingginya pertumbuhan gaji, rendahnya angka pengangguran, dan kenaikan sektor teknologi.
Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian tersebut, kata para ahli, adalah Wall Street cenderung berkonsentrasi pada risiko yang dapat dihitung. Seperti pajak dan kebijakan perdagangan, angka pengangguran, gaji, dan laba perusahaan.
"Tentu saja tidak adil bila kita sepenuhnya mengabaikan pengaruh politik," kata Capital Economics.
"Namun tetap saja, tambahnya. Secara umum kami berpendapat pengaruh politik akan tetap kecil,".
Richard Nixon
Presiden AS Richard Nixon juga pernah coba dilengserkan oleh parlemen. Semuanya bermula dari skandal Watergate.
Kisah ini diawali saat sekelopok perampok menyadap dan membobol kompleks Watergate yang berisi data-data Komite Nasional Demokrat. Ini dilakukan untuk membantu kampanye Nixon.
Alih-alih dicopot, Nixon akhirnya mengundurkan diri. Selama skandar itu bergulir di media, saham turun tajam.
Indeks S&P 500 anjlok lebih dari 20% sepanjang periode terbongkarnya skandal Watergate dan pengunduran diri Nixon. Namun, saham-saham sebenarnya telah melemah sebelum drama Watergate menyeruak, menurut catatan riset Capital Economics.
Investor saat itu berfokus pada penurunan pertumbuhan ekonomi yang dalam sebagai dampak dari embargo minyak OPEC dan lonjakan inflasi. Indeks saham justru berbalik menguat saat Nixon lengser.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2mwgANr
via IFTTT
No comments:
Post a Comment