Dari 12 indikator yang diukur, Indonesia hanya mendapat nilai sebesar 64,6 atau -0,3 dibanding 2018.
Peneliti Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan, salah satu penyebab turunnya daya saing karena kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang masih rendah.
"Di tahun ini turunnya tingkat kompetitif kita problem utamanya bukan regulasi saja yang disederhanakan seperti diagnosis pemerintah tetapi perlu diperhatikan tetapi juga kualitas SDM kita," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (11/10/2019).
Ia menjelaskan, hal ini terlihat dari indikator yang menurun ada di sektor kesehatan, kemampuan tenaga kerja kita (skills) dan kemampuan industri untuk mempekerjakan tenaga kerja tersebut.
"Ini salah satu jawaban juga mengapa investor enggan datang ke Indonesia," kata dia.
Lanjutnya, regulasi juga menjadi hal penting untuk dibuat lebih sederhana, tapi harus dengan perencanaan matang dan jangan asal-asalan.
"Jika disederhanakan secara ugal-ugalan tanpa perencanaan matang, bisa jadi kita terkena imbas dari investasi asing yang akan datang. Semua aspek terutama lingkungan dan manusia semua dilibas demi investasi," jelasnya.
Namun, dari hasil rangking yang keluar Indonesia terlemah terbanyak di indikator SDM. Ini yang harus menjadi fokus pemerintah untuk meningkatkannya.
"Ranking indeks ini membuktikan, persoalan utama kita bukan di regulasi saja tetapi juga di SDM kita. Ini berbahaya karena kita lihat di ASEAN saja Indonesia memiliki tenaga kerja terbesar. Bonus demografi terus diraih hingga 2030. Tetapi nyatanya kemampuan SDM dan daya serap industri terhadap tenaga kerja kita juga lemah," tegasnya.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/320Ywud
via IFTTT
No comments:
Post a Comment