Investasi kilang Cilacap memang masih menanti hitungan pasti yang sedang diaudit oleh lembaga audit. Ada selisih nilai valuasi antara PT Pertamina (Persero) dan calon investor raksasa Saudi Aramco. Nilai awal, investasi diperkirakan bisa mencapai US$ 5,6 miliar.
Namun, seiring perjalanan proyek yang sudah menggantung dalam 5 tahun, nilai valuasi berubah lagi. "Tapi kalau selisih audit tetap US$ 1,5 miliar, tidak ketemu. Kita tawarin dia yang lain, salah satunya kita tawarkan TPPI dan buat yang lain lah," ujarnya.
Jika masih buntu, Luhut membuka kemungkinan Pertamina untuk jalan sendiri. "Bisa saja, karena kalau tidak ketemu angkanya masa dia mau kawin kalau tidak cocok," jelasnya. Tapi pemerintah masih menanti sampai bulan ini.
Selain kilang Cilacap, kilang lainnya yang tengah digarap adalah Kilang Balikpapan. "Udah semua jalan, ada juga satu lagi dengan Oman yang US$ 15 miliar. Partnernya sedang kita lihat ternyata kok kurang paten, kita mau cari partner yang petrochemical," jelasnya.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan berdasarkan instruksi dari Menteri BUMN, saat ini Pertamina sudah mulai bergerak dan berkomunikasi dengan partner dari Arab ini.
"Supaya jelas apakah dilanjutkan atau bagaimana kan itu masih due diligence, jadi jangan lama lama due diligence sampai lima tahun kan lama banget. Ini yang dikejar Pak Erick," kata Arya di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (13/11/2019).
Menurut Arya, Erick Thohir meminta agar secepatnya ada hasil dari rancangan kerja sama tersebut.
(gus/gus)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/32Ob6fN
via IFTTT
No comments:
Post a Comment