Pages

Tuesday, November 12, 2019

Saham Charoen Pokphand Jeblok 2 Hari, Ada Apa sih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten unggas (poultry) dan pakan ternak, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) terkoreksi 2 hari terakhir. Padahal saat ini sektor perunggasan sedang menikmati sentimen positif dari langkah pemerintah menghadapi tingginya kelebihan suplai (oversupply) ayam di pasaran.

Langkah pemerintah itu diprediksi dapat mencegah oversupply yang diprediksi memuncak pada Maret tahun depan, yang dapat membanting harga ayam dan telur di pasaran.


Dua langkah utama pemerintah adalah memperpanjang masa pemusnahan (culling) hingga akhir tahun dan merevisi peraturan menteri pertanian.

Sejak laporan keuangan dirilis akhir Oktober, sejak awal bulan ini sudah ada empat analis sekuritas yang mempertahankan rekomendasi 'Sell' alias jual atau bahkan menurunkan rekomendasi menjadi 'Sell' dari sebelumnya 'Neutral'.

Ditahannya atau bahkan diturunkannya rekomendasi itu disebabkan kinerja perseroan yang mengecewakan, ditambah kenaikan harga sahamnya yang menggila sejak tengah tahun dan membuat valuasi CPIN terlalu tinggi dan dinilai kemahalan.

Meskipun sejak awal tahun harga saham CPIN masih flat dan cenderung koreksi 0,35% per penutupan Selasa kemarin (12/11/19), tetapi posisinya sudah naik 68,22% dibanding posisi terendah tahun ini Rp 4.280/saham yang dicatatkan pada 17 Mei.

Adapun dua di antara perusahaan efek yang memangkas rekomendasi CPIN adalah PT RHB Sekuritas Indonesia dan PT Kresna Sekuritas.

Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi menilai bukan hanya kinerja laba bersih perseroan yang turun pada kuartal III-2019 menjadi Rp 827,1 miliar, tapi juga kinerja kuartal II-2019. Realisasi kinerja tersebut juga lebih rendah daripada estimasi Michael.


Salah satu penyebab, tutur Michael, adalah turunnya harga ayam broiler karena terlambatnya langkah pemerintah menerapkan aksi pemusnahan setelah Lebaran.

Turunnya harga ayam berkat oversupply tersebut berdampak pada penurunan margin laba sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) CPIN pada segmen broiler.

"Kami mencatat bahwa segmen broiler CPIN lebih tidak efisien dibandingkan dengan pesaingnya yaitu PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) karena JPFA mampu mempertahankan margin EBIT sekitar 3 poin persen di atas CPIN," ujar Michael dalam risetnya yang dirilis pada 1 November.

Dia memangkas rekomendasi terhadap saham CPIN menjadi 'Sell' dan juga menurunkan target harga wajar (TP/target price) 12 bulan ke depan menjadi Rp 4.600/saham dari sebelumnya Rp 4.900/saham.

Selain itu, dia berpendapat suplai ayam yang masih meninggi hingga sekitar 10% masih akan menekan margin perusahaan, serta daya beli yang lemah tidak akan menyerap pertumbuhan suplai tersebut.

Lain halnya dengan Timothy Gracianov, analis Kresna Sekuritas. Dalam risetnya pada 11 Oktober, dia menggarisbawahi bahwa kenaikan harga saham perseroan yang terlalu tinggi sudah menyebabkan valuasinya lebih mahal, terutama pada rasio harga saham per laba (PE ratio) yang sudah 31,1 kali terhadap prediksi kinerja 2020 sekuritasnya.

Valuasi CPIN itu lebih tinggi, atau artinya lebih mahal terutama dibanding PE ratio dari JPFA yang masih di sekitar 13,09 kali.

Dia mengatakan ada empat faktor yang dapat menopang dan berpotensi mendongkrak kinerja dan harga saham perseroan.

Pertama, valuasi disesuaikan karena faktor posisi perseroan sebagai pimpinan industri.

Kedua, penetrasi daging ayam beku yang sukses. Ketiga, harga ayam broiler naik lebih tinggi daripada prediksi. Keempat, konsumsi ayam naik lebih tinggi daripada yang diprediksi.

Dari 14 orang pelaku pasar yang memberikan rekomendasi kepada CPIN, hanya tinggal satu orang yang memberi rekomendasi 'Buy', tujuh 'Hold', dan enam 'Sell', dengan rerata TP Rp 5.252/saham.

Lain halnya dengan JPFA yang memiliki dukungan 'Buy' dari 12 analis, lima 'Hold', dan 1 'Sell'.

Untuk langkah terbaru dalam menahan laju suplai ayam, pemerintah melakukan pemusnahan keenam, yaitu dengan memusnahkan sebanyak 2 juta telur setiap pekan hingga akhir November serta memusnahkan ayam pembibit (parent stock/PS) berumur di atas 60 pekan sebanyak 3 juta per pekan hingga akhir tahun.

Selain itu, pemerintah juga berniat mengeluarkan aturan baru yang akan merevisi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Revisi akan menitikberatkan pada empat poin.

Pertama
, perusahaan peternak ayam bibit asal (grant parent stock/GPS) diwajibkan mendistribusikan 25% dari parent stock untuk pihak pembibit non-afiliasi.

Kedua
, peternak parent stock diwajibkan mendistribusikan 75% dari anak ayam umur sehari (DOC) dari kelas final stock (FS) ke petani dan rekanan non-afiliasi. Final stock adalah ayam tahap akhir yang langsung dikonsumsi oleh konsumen.

Ketiga, petani diharuskan memiliki rumah jagal dengan kapasitas 100% terhadap produksi ayam hidup (secara bertahap dalam 5 tahun).

Keempat, rumah jagal ayam diharuskan menyimpan setidaknya 15% produksi ayam utuh di cold storage sebagai stok jaga-jaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 
Simak peternak ayam potong kian merana

[Gambas:Video CNBC]

 

(irv/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Xbd5de
via IFTTT

No comments:

Post a Comment