Pages

Sunday, December 1, 2019

Ini Alasan China dan AS Belum juga Teken Damai Perang Dagang

Jakarta, CNBC Indonesia - China menjadikan penghapusan tarif barang-barang sebagai prioritas utamanya di kesepakatan dagang fase satu dengan Amerika Serikat (AS).

"Beberapa sumber dengan pengetahuan langsung tentang pembicaraan perdagangan mengatakan kepada Global Times pada hari Sabtu bahwa AS harus menghapus tarif yang ada, bukan tarif yang direncanakan, sebagai bagian dari kesepakatan," tulis surat kabar Global Times China, Minggu (1/12/2019).


Kesepakatan dagang fase I telah lama diharapkan dapat menjadi solusi bagi perang dagang kedua ekonomi terbesar di dunia itu. Perang dagang AS-China sudah berlangsung selama hampir dua tahun dan telah menghambat pertumbuhan ekonomi kedua negara, serta global.

Namun, Global Times juga menyebut bahwa para pejabat AS telah menolak permintaan seperti itu karena tarif adalah satu-satunya senjata mereka dalam perang dagang.

"Menyerahkan senjata berarti menyerah," tulis Global Times, mengutip sumber lain yang tidak dikenal yang memahami perundingan tersebut. Global Times China merupakan media milik People's Daily, surat kabar resmi dari Partai Komunis China yang berkuasa.

Ketidakjelasan dalam penandatanganan kesepakatan dagang fase I ini telah memperkeruh suasana. Apalagi menjelang tanggal 15 Desember, waktu diberlakukannya tarif baru oleh Amerika Serikat.

AS telah mengancam akan menjatuhkan tarif 15% tambahan pada sekitar US$156 miliar produk China pada 15 Desember. Banyak pihak sebelumnya yakin bahwa tarif itu bisa dihindari apabila kedua negara berhasil menandatangani kesepakatan fase I sebelum tanggal tersebut. Namun, kebuntuan di antara kedua negara, dan tuntutan China, telah menghambat proses penandatangan.


Sebelumnya pada Selasa pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan negaranya sedang berada di fase akhir dalam melahirkan sebuah kesepakatan yang bisa mengakhiri perang dagang-nya dengan China. Hal itu ia sampaikan beberapa hari setelah Presiden China Xi Jinping menyatakan keinginannya untuk menandatangani perjanjian perdagangan fase I.

Reuters melaporkan, negosiator perdagangan utama untuk kedua negara juga berbicara lagi dan setuju untuk terus bekerja pada masalah yang tersisa.

Pada hari Selasa, Ketua Komite Keuangan Senat AS Chuck Grassley mengatakan kepada wartawan bahwa China mengundang Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin untuk melakukan pembicaraan langsung di Beijing.

"Lighthizer dan Mnuchin bersedia pergi jika mereka melihat "peluang nyata untuk mendapatkan kesepakatan akhir," katanya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, kesepakatan dagang fase I diharapkan selesai ditandatangani pada akhir November. Akan tetapi, pakar perdagangan dan orang-orang yang dekat dengan Gedung Putih mengatakan kepada Reuters bulan lalu, bahwa penandatanganan perjanjian fase I mungkin tidak akan terjadi sampai tahun depan karena China mendesak dilakukannya penghapusan lebih banyak tarif.

[Gambas:Video CNBC]


(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2OHXejH
via IFTTT

No comments:

Post a Comment