Pages

Tuesday, July 23, 2019

AS dan China Bakal Bertemu Pekan Depan, Bursa Singapura Happy

Jakarta, CNBC Indonesia - Tampaknya bursa saham utama Singapura akan kembali melanjutkan relinya pada hari ini, Rabu (24/7/2019).

Data perdagangan mencatat, Indeks Straits Times dibuka menguat 0,16% menjadi 3.378,36 poin seiring dengan perkembangan positif terbaru dari hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang sudah mulai mencoba menepati janjinya masing-masing.

Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 16 mencatatkan kenaikan harga, 5 saham melemah, dan 9 saham tidak mencatatkan perubahan harga.

Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan perusahaan-perusahaan teknologi untuk membahas berbagai masalah perekonomian, termasuk kemungkinan dibukanya lagi perizinan bagi mereka untuk melakukan penjualan ke Huawei, seperti diwartakan Bloomberg (22/7/2019).


Sebelumnya, perusahaan-perusahaan China juga dikabarkan sedang dalam proses untuk memesan produk pertanian milik AS termasuk mengajukan permohonan pembebasan bea masuk ke pemerintah, melansir Xinhua News Agency, dikutip dari Reuters.

Melansir Bloomberg, langkah yang diambil kedua negara saat ini (pelonggaran sanksi bagi Huawei dan pembelian produk agrikultur asal AS oleh China) dimaksudkan untuk membuka jalan bagi Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perdagangan AS Robert Lighthizer untuk bertandang ke China guna menggelar negosiasi dagang. Kunjungan ini rencananya akan dilakukan pada pekan depan.

Kayla Tausche dari CNBC International melaporkan pembicaraan tersebut akan dimulai minggu depan.

Namun, sumber juga mengatakan pejabat Gedung Putih merencanakan jadwal jangka panjang untuk mencapai kesepakatan.

Sentimen positif dari damai dagang berhasil menyingkirkan hawa negatif dari rilis data ekonomi terbaru Negeri Singa.

Tingkat inflasi inti Singapura bulan Juni hanya tumbuh 1,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan ini merupakan angka terendah sejak Maret 2017, dikutip Straits Times.

Penurunan tersebut disebabkan oleh melambatnya kenaikan harga di sektor jasa dan ritel serta penurunan biaya listrik dan gas yang lebih curam.

Selain itu, laju inflasi total juga tercatat tumbuh lebih rendah. Bulan lalu inflasi hanya tumbuh 0,6% YoY, turun dari perolehan Mei yang ada di 0,9% YoY.

Beberapa analis dari Maybank mengatakan rilis data inflasi dan penurunan tajam pada laju perekonomian akan mendorong otoritas moneter Singapura (MAS) untuk melonggarkan kebijakan moneter mereka di Oktober, dilansir Straits Times.

Pelonggaran kebijakan moneter diharapkan dapat mendongkrak aktifitas bisnis termasuk indeks keyakinan bisnis Singapura.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2JNHXvd
via IFTTT

No comments:

Post a Comment