Pages

Wednesday, July 17, 2019

Detik-detik Uji Nyali BI Turunkan Bunga, Ini Kata Para Analis

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 Juli 2019 ini. Gubernur BI Perry Warjiyo bersama Anggota Dewan Gubernur akan menentukan suku bunga acuan yang akan disampaikan pada hari ini pukul 14.00 WIB.

BI dalam 'desakan' besar, di mana Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hingga Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dan para pengusaha meminta penurunan bunga.

Bank sentral yang sekarang bisa dikatakan behind the curve memiliki ruang yang semakin besar untuk memangkas tingkat suku bunga acuan. Pasalnya, peta permainan sudah berubah secara signifikan.


Sebelum minggu lalu, memang The Fed sudah menebar aura dovish yang pada akhirnya membuat bank sentral negara-negara Asia 'colong start' dengan mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan terlebih dulu.

Namun kini, The Fed dimungkinkan untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dengan lebih agresif. Pada pekan lalu, Powell memberikan testimoni terkait dengan laporan kebijakan moneter semi tahunan di hadapan para anggota kongres AS.

Bernyalikah BI untuk kini memangkas tingkat suku bunga acuan dan membalikkan posisinya menjadi ahead the curve, dari yang saat ini behind the curve?

Sekedar mengingatkan, alasan dari BI terkait mengapa tingkat suku bunga acuan belum diturunkan hingga saat ini adalah pihaknya masih akan mencermati kondisi pasar global dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

CNBC Indonesia, telah mengadakan polling. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Dari 14 institusi yang berparitisipasi dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih bertahan di 6%.

Berikut pandangan 5 analis yang disiapkan CNBC Indonesia untuk menyampaikan proyeksinya secara langsung :

1. Bahana Sekuritas - Satria Sambijantoro

Bahana memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan BI 7 Day RR sebesar 100 bps menjadi 5,00% pada akhir 2019. Penurunan pertama dimulai pada bulan ini yang akan diumumkan besok, Kamis (17/7/2019) sebesar 25 bps.

Bahana melihat, perkiraan penurunan suku bunga 100-bps ini sebagai langkah konservatif. Lagipula, ini hanya pelonggaran sebagian dari kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh BI sepanjang tahun lalu sebesar 175 bps.

"Dengan menurunkan suku bunga sebesar 100-bps, kita tidak melihat BI mengadopsi kebijakan moneter yang longgar secara serampangan, karena BI hanya memindahkan roda kebijakannya dari 'ketat' ke 'netral' di tengah-tengah kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Satria.

2. Maybank Indonesia - Myrdal Gunarto

"Turun 25 bps. Faktornya yaitu tren suku bunga global yang dovish, inflasi yang rendah, nilai tukar yang pergerakannya bagus dan perekonomian domestik yang butuh stimulus moneter karena penurunan performa ekspor di tengah kondisi trade war," ungkap Myrda.

Dampak positif tercepat tentu akan terlihat di pasar keuangan. IHSG maupun harga obligasi akan terdongkrak. Sementara di sisi perbankan, ini akan memberi dampak tambahan likuiditas seiring inflow ke pasar keuangan domestik.

"Selain itu juga diharapkan suku bunga tenor pendek akan langsung turun. Barulah kemudian berdampak ke suku bunga bertenor yang lebih panjang, sehingga kemudian dapat menurunkan biaya bunga secara keseluruhan."

Sementara, dari sisi sektor riil, dampak penurunan suku bunga moneter juga akan memberi efek psikologis bagi iklim investasi domestik yang berbiaya lebih murah, sehingga jika kemudian terus turun secara signifikan, ini dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi kedepannya.

3. Ekonom PT Samuel Aset Managemen Indonesia Tbk Lana Soelistianingsih

"Saya melihat data, suku bunga BI tidak perlu diturunkan," kata Lana.

Kenapa?

"Karena defisit perdagangan pada semester I ini mencapai US$ 1,8 miliar yang akan berpotensi membuat CAD lebih lebar," tutur Lana.

Menurut Lana, jika dibandingkan dengan semester I-2018, defisit neraca dagang tahun ini lebih besar. 2018 lalu, defisit neraca dagang US$1,3 miliar dan CAD melebar ke 3,02% dari PDB di kuartal I-2018.

"Jadi, sekarang dengan defisit lebih lebar maka CAD bisa lebih tinggi ke 3,2% dari PDB. Nah, ini akan membuat BI harus mengerem dari sisi lain seperti impor," terangnya.

"Jadi saya lihat, kalau besok suku bunga turun maka CAD tidak terlalu lebar dan jika suku bunga ditahan maka CAD saya rasa akan lebih tertekan. Tapi menurut saya untuk bulan ini suku bunga tidak perlu diturunkan."

4. Ekonom Bank Permata - Josua Pardede

Suku bunga acuan BI diperkirakan akan dipangkas sebesar 25 bps pada RDG bulan Juli. Ia menilai faktornya adalah mempertimbangkan perkembangan global secara khusus dari meredanya perang dagang sementara waktu ini serta ekspektasi stance kebijakan moneter yang longgar dari bank sentral negara-negara maju.

"Ruang pelonggaran kebijakan moneter BI pun juga terbuka mengingat nilai tukar rupiah cenderung stabil terindikasi dari volatilitas rupiah yang menurun dalam sebulan terakhir ini," tutur Josua.

Dampak dari pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut, diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah risiko perlambatan ekonomi global oleh karena permasalahan perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

(dru/dru)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2xUzUG9
via IFTTT

No comments:

Post a Comment