Rekor ini semakin mengokohkan posisi BCA, dan membuat emiten-emiten lain sulit mengejar kapitalisasi pasarnya yang hampir menuju Rp 800 triliun, terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada Jumat kemarin, saham BBCA mulai bergerak agresif sejak pembukaan untuk menembus rekor baru dari sebelumnya Rp 30.750/saham. Bahkan bank di bawah Grup Djarum ini sempat menyentuh Rp 31.050/saham.
Namun, memasuki sesi II perdagangan bursa, harga saham cukup stagnan di angka Rp 30.850/saham, sebelum akhirnya kembali melesat dan ditutup di harga Rp 31.000/saham.
Investor asing dinilai cukup berperan dalam mendongkrak harga saham BBCA.
Pasalnya saham BBCA sebenarnya tidak terlalu aktif diperdagangkan, karena hingga akhir perdagangan hanya ditransaksikan sebanyak 8,79 juta unit saham. Jumlah ini di bawah rata-rata volume perdagangan harian yakni 12,12 juta unit saham.
Sepanjang Jumat, BBCA juga menjadi emiten yang paling banyak dikoleksi asing, dengan aksi beli bersih asing mencapai Rp 272,04 miliar.
Selain itu, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan permintaan kredit perusahaan.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja mengatakan sebelum keputusan tersebut diambil, BBCA telah lebih dulu menurunkan suku bunga deposito 25 bps atau 0,25%.
"Saya sudah turunkan bunga deposito 1 Juli 2019 sebesar 0,25%. Ahead of the curve, mungkin 3-4 bulan lagi bisa bunga kredit," katanya belum lama ini.
Emiten bank langganan tembus rekor.
(tas)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Z7gbz6
via IFTTT
No comments:
Post a Comment