Pages

Saturday, August 10, 2019

Optimisme BI saat CAD Q2-2019 Bengkak Tembus 3%

Jakarta, CNBC IndonesiaBank Indonesia (BI) melaporkan transaksi berjalan (current account) kuartal-II mengalami defisit US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 mengalami defisit senilai US$ 1,98 miliar, Jumat (9/8/2019).

Jika merujuk tahun-tahun sebelumnya, CAD kuartal II-2019 merupakan CAD kuartal II terburuk sejak 2014. Dibanding kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6%. Lalu di periode yang sama tahun lalu, CAD pada kuartal-II 2018 menyentuh 3,01% dari PDB.

BI menyebut pembengkakan CAD dipengaruhi beberapa faktor di antaranya, repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, dampak perlambatan ekonomi dunia, dan harga komoditas yang berguguran.

Selain karena pembengkakan CAD, defisit NPI kuartal II-2019 juga disebabkan oleh penurunan kinerja transaksi finansial, yang hanya mencatat surplus sebesar US$ 7 miliar pada kuartal II-2019. Angka ini lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya yang mencatat surplus US$ 9,9 miliar.


Merespons pembengkakan CAD ini, Sri Mulyani hanya menggelengkan kepalanya.

"Ya kita akan terus meningkatkan upaya untuk address itu seperti yang selama ini sudah disampaikan," kata Sri Mulyani usai menghadiri seminar nasional di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).

Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksikan CAD di akhir tahun ini akan mengalami penurunan menjadi 2,8% dari PDB.

Ia mengatakan surplus neraca modal masih dapat membiayai CAD saat ini. Adapun posisi cadangan devisa bulan lalu sebesar US$ 125 miliar diproyeksi dapat menutupi defisit yang terjadi.

"Proyeksi full year CAD masih 2,5%-3% PDB. Masih optimis di sekitar 2,8% PDB untuk full year," kata Perry di kawasan Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (9/8/2019).

Inflasi hingga pekan pertama Agustus tercatat masih terjaga di posisi 0,12% secara month to month (mtm) atau 3,44% secara year on year (YoY). Untuk sampai akhir tahun, BI optimis posisi inflasi akan sesuai perkiraan sebelumnya berada di level 3,5%.

Di sisi lain, Perry mengatakan akan tetap bersikap akomodatif dengan kondisi pasar. 

"Tentu saja kami akan kalibrasi kebijakan termasuk forward guidance yg kami sampaikan sebelumnya bahwa ke depan kebijakan masih kita buka ruang bagi BI untuk kebijakan moneter yang akomodatif," katanya.

Untuk itu, BI membuka peluang untuk kembali akan menurunkan suku bunga sesuai dengan timing yang tepat. 

"Timingnya seperti apa kami akan terus review dari bukan ke bulan," imbuh dia.

Defisit NPI juga membuat rupiah mundur teratur di hadapan dolar Singapura. Pada Jumat (9/8/2919) pukul 13.05 WIB, Dollar Singapura berada di Rp 10.278,68 atau menguat tipis 0,02% di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv meski pada pagi sebelumnya, dolar Singapura sempat melemah ke Rp 10.257,34.

Defisit NPI menunjukkan pasokan valas di perekonomian nasional seret, lebih banyak yang keluar dibandingkan yang masuk.

  (roy/roy)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2MWg06i
via IFTTT

No comments:

Post a Comment