Parahnya lagi, kejadian ini menimpa pulau Jawa dan DKI Jakarta. Kawasan yang berkali-kali ditegaskan oleh PT PLN (Persero) memiliki cadangan listrik berlimpah dan disokong dengan sistem kelistrikan yang handal. Namun tiba-tiba, pada Minggu siang hari semua kedigdayaan setrum yang pernah dijanjikan tersebut ternyata tak berarti-apa.
Sekitar pukul 12 siang, pemadaman listrik massal terjadi di kawasan Jabodetabek. Diketahui kemudian, sebagian wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah ikut terdampak.
Dalam hitungan menit, pemadaman ini berdampak kepada dua sektor yang paling krusial dalam ekonomi; transportasi dan komunikasi.
Jakarta yang tengah bangga dengan infrastruktur transportasi mewahnya kudu menelan kecewa. MRT terpaksa berhenti beroperasi, bahkan harus mengevakuasi penumpang yang terjebak saat menempuh perjalanan dan berada di bawah tanah. Hal serupa dialami oleh KRL Commuter Line yang mengandalkan listrik, ratusan perjalanan dibatalkan hingga malam hari.
Transportasi juga berantakan dengan rambu-rambu yang tak berfungsi di beberapa titik jalan raya, layanan moda transportasi online yang biasa jadi andalan ikut tak berdaya karena tak ada sinyal komunikasi.
Nah, ini juga yang tak biasa. Sudah padam listrik, mati juga akses komunikasi. Setidaknya tiga provider telekomunikasi besar seperti Indosat, Telkomsel, dan XL Axiata mengaku terganggu layanannya akibat padam listrik. Jangankan untuk berselancar dengan jaringan internet, jaringan untuk telepon saja tak bisa.
Jawa lumpuh sehari di hari Minggu kemarin, pertanyaannya adalah ada apa dengan listrik PLN?
Plt Direktur Utama PT PLN (Persero) Sripeni Inten meminta maaf atas terjadinya pemadaman listrik yang terjadi sejak pukul 11.45 pada Minggu 4 Agustus 2019.
Sripeni yang baru menjabat kursi tertinggi PLN dalam hitungan hari itu bercerita kronologi pemadaman yang terjadi dan melumpuhkan sebagian besar wilayah Jawa ini, yakni pada pukul 11.45 detik 27 terjadi gangguan saluran udara di Ungaran pada sirkuit 1.
"Kemudian disusul gangguan sirkuit kedua, akibatnya di menit 48 detik ke 11 menyebabkan jaringan Depok-Tasik alami gangguan," katanya saat menggelar konferensi pers di P2B Gandul, Minggu (4/8/2019).
Menurut catatan CNBC Indonesia, peristiwa pemadaman ini termasuk tragedi besar di sektor kelistrikan. Sripeni menjelaskan kejadian seperti ini pernah terjadi tahun 1997, yakni terjadi black-out Jawa-Bali. "Dan memakan waktu cukup lama, setelah itu September 2018 terjadi parsial di Grati area Paiton, saat itu terjadi tegangan ekstra tinggi. Jadi kalau dilihat dari kurun waktu, Alhamdulillah ini tidak sering ya."
Ia mengatakan hal seperti ini sangat dihindari oleh PLN dan menjadi fokus untuk diatasi PLN segera.
![]() |
Catatan CNBC Indonesia, pada 18 Agustus 2005 sekira pukul 09:00 WIB, pasokan listrik di Jawa-Bali juga pernah mendadak putus. Penyebabnya adalah kerusakan jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Saguling, Cibinong, dan Cilegon. Ini membuat sistem kehilangan pasokan hampir 50%.
Dalam hitungan PT PLN (Persero) kala itu, pemadaman listrik dirasakan oleh 120 juta pelanggan atau separuh penduduk Indonesia. Di daerah Jakarta dan Banten, pemadaman memang 'hanya' sekitar 3 jam. Namun untuk seluruh Jawa-Bali membutuhkan waktu hingga 24 jam.
Insiden itu sampai mendapat perhatian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada 22 Agustus, SBY menggelar rapat dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Kapolri Sutanto, dan Kepala BIN Syamsir Siregar. Namun pemerintah menegaskan pemadaman massal kala itu tidak terkait dengan aksi sabotase atau terorisme, hanya kesalahan teknis.
Sripeni sendiri baru menjabat sebagai PLT Dirut dua hari lalu, lalu tiba-tiba dihadapkan pemadaman listrik besar-besaran. Benarkah ada unsur politik karena jabatan yang baru dipangku Sripendi?
"Murni teknis ya kalau kalau kami lihat, tidak ada, kami tidak melihat ini ada sabotase dan sebagainya," kata Sripeni.
Sripeni menekankan saat ini PLN tengah fokus untuk pemulihan listrik. "Tentunya kami akan improvement dan investigasi lebih lanjut berkaitan dengan gangguan," kata dia.
Listrik akhirnya kembali normal malam hari, satu per satu wilayah kembali terpasok setrum meski hingga tengah malam masih ada beberapa daerah yang mengeluh masih dilanda gelap gulita. Mati lampu dalam hitungan jam terpanjang di zaman Jokowi ini menjadi catatan tersendiri, sistem kelistrikan RI ternyata masih rentan dan perlu dievaluasi.
![]() |
(gus/gus)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2OI4n5m
via IFTTT
No comments:
Post a Comment