Pages

Thursday, August 8, 2019

Wuidih! Politik Stabil, IHSG Diramal Bisa Tembus Level 7.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Kendati sempat terjerembab hingga 2,5% pada Senin pekan ini (5/8/2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal melaju kencang ke level psikologis baru di angka 7.000.

Penguatan indeks ini akan disokong oleh stabilnya situasi politik pascarekonsiliasi dua pasangan capres dan cawapres yakni Joko Widodo-Prabowo Subianto dan masuknya aliran modal asing ke pasar saham meski perang dagang AS-China masih berkecamuk.

Presiden Direktur PT Sucorinvest Asset Management (Sucor Asset) Jemmy Paul menilai kinerja pasar saham akan tetap melaju hingga akhir tahun kendati fundamental pertumbuhan ekonomi dalam negeri trennya melambat pada dua kuartal terakhir.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan II-2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,05%, melambat dari triwulan I-2019 sebesar 5,07% secara tahunan.

Jemmy menambahkan, berbagai katalis positif yang bisa memantik investor asing pada triwulan ketiga dan keempat adalah mulai membaiknya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) belakangan ini.

Selain itu, tren investasi di sektor industri manufaktur berpeluang bangkit seiring permintaan lahan industri yang cukup tajam dalam 2 bulan terakhir.

"Investor yang mulai berinvestasi di Indonesia pasti akan membuka pabrik baru di lahan industri," kata Jemmy saat memaparkan Market Update 2019 di Jakarta, Kamis (8/8/2019).

Selain itu, katalis lainnya yang menopang IHSG adalah aliran modal asing yang diperkirakan akan kembali ke pasar saham domestik. Dengan masuknya capital inflow, kata Jemmy, investor akan melirik valuasi saham-saham yang berharga murah, sehingga akan mendongkrak kinerja IHSG.

"Saat ini level IHSG di kisaran 6.200, price to earnings ratio (PE) di kisaran 16 kali, terendah semenjak 2014, sedangkan price to book value (PBV) terendah sejak 2015," ujarnya.


Hadir dalam kesempatan yang sama, Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika berpendapat, reaksi pasar saat ini akan menantikan pengumuman kabinet baru Presiden Joko Widodo - Ma'ruf Amin yang akan dilantik pada Oktober mendatang.

Dia menilai, rekonsiliasi antara Prabowo Subianto dengan Jokowi dalam pertemuan di Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta belakangan menjadi katalis positif guna menekan sentimen negatif selama ini.

Meski demikian, kata dia, selain politik domestik, faktor yang terbesar yang dilihat pasar adalah situasi ekonomi di tingkat global dan fundamental ekonomi domestik.

"Pertemuan MRT sangat penting sebagai sebuah simbol. Rupiah langsung menguat di bawah Rp 14 ribu per US$, ini tidak klimaks, politik harus dilihat sebagai variabel kecil dalam market ke depan," tandas Yunarto Wijaya.


Pada perdagangan Kamis kemarin (8/8/2019) bursa saham acuan Tanah Air tak pernah merasakan pahitnya zona merah. Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG Imelesat 1,14% menjadi 6.274,67.

Dalam perdagangan menunjukkkan, saham-saham yang turut menyokong kinerja IHSG dengan nilai transaksi jumbo kenaikan harga signifikan diantaranya PT Garuda Indonesia Tbk/ GIAA (+17,44%), PT Hotel Mandarine Regency Tbk/HOME (+8,47%), PT indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (+7,87%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+7,39%) dan PT Vale Indonesia Tbk/INCO (+4,01%).

(tas/miq)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2OL8z4t
via IFTTT

No comments:

Post a Comment