Pages

Sunday, September 22, 2019

Investor Harap-Harap Cemas, AS-China Masih Alot

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia sepanjang pekan kemarin masih mengalami tekanan. Imbal hasil (yield) Obligasi Pemerintah dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebanyak 0,04% menjadi 7,24%, sementara rupiah melemah 0,64% menjadi Rp 14.050/USD, dan IHSG amblas 1,63% dengan ditutup pada level 6.231.

Bursa saham Benua Kuning bergerak mix menyikapi pertemuan tingkat deputi antara Amerika Serikat (AS) dan China pada hari Kamis (19/9/19). Pertemuan digelar guna merumuskan dasar negosiasi tingkat tinggi yang rencananya akan digelar bulan Oktober di Washington, seperti dilansir dari Reuters.

Dalam negosiasi pekan kemarin tersebut, delegasi China dipimpin oleh Liao Min selaku Wakil Menteri Keuangan China, dan Negeri Paman Sam dipimpin Jeffrey Gerrish selaku Deputi Kantor Perwakilan Dagang AS.


Melansir Global Times selaku media Partai Komunis China, ditunjuknya Liao Min selaku Wakil Menteri Keuangan China untuk memimpin delegasi China dipandang positif oleh para analis yang dapat membawa angin segar bagi hubungan kedua negara.

Washington juga dikabarkan akan mengecualikan sementara 400 produk importasi asal China, seperti diwartakan Politico, dilansir dari CNBC International. 400 produk tersebut merupakan sebagian dari daftar produk asal Negeri Tiongkok senilai US$ 250 miliar yang dikenakan tarif sejak tahun lalu.


Presiden Donald Trump mempertegas, bahwa China akan meningkatkan pembelian produk pertanian asal AS sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan bilateral.

Sementara rupiah tertekan karena Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps), dari 5,5% menjadi 5,25%. BI memangkas suku bunga acuan lantaran mengikuti the Fed yang lebih dahulu memangkas suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin menjadi median 1,85%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 September 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Bank Indonesia, Kamis (19/9/2019).

Alhasil, imbal hasil Obligasi Pemerintah kembali mengalami penyesuaian alias turun karena jarak antara yield Pemerintah AS dan Indonesia kembali menyempit. Langkah BI menurunkan suku bunga dirasa sudah tepat, Jika tidak maka yield obligasi Ri akan ketinggian, seperti dikatakan Darmin Nasution selaku Menko Perekonomian.

"Amerika menurunkan policy rate, kalau kita tidak turunkan, kita terlalu tinggilah," ujar Darmin di kantornya, Jakarta, Jumat (30/9/2019).

BERLANJUT KE HAL 2>>> (yam/yam)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2M6KgJL
via IFTTT

No comments:

Post a Comment