Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini menjadi pekan yang begitu mengecewakan bagi pelaku pasar keuangan tanah air. Sepanjang pekan ini, pasar saham, pasar obligasi, serta rupiah diterpa tekanan jual dengan intensitas yang besar.
Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia ambruk hingga 1,63%, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terburuk kedua di kawasan Asia. Kinerja IHSG hanya lebih baik ketimbang indeks Hang Seng selaku indeks saham acuan di Hong Kong yang ambruk 3,35%.
Sementara itu, rupiah melemah 0,64% melawan dolar AS di pasar spot pada pekan ini, dari level Rp 13.960/dolar AS ke level Rp 14.050/dolar AS. Saham halnya dengan yang dialami IHSG, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk kedua di kawasan Asia. Kinerja rupiah hanya lebih baik ketimbang won yang membukukan pelemahan hingga 1,22%.
Beralih ke pasar obligasi, pada pekan ini seluruh imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia seri acuan membukukan kenaikan.
Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0077), 10 tahun (FR0078), 15 tahun (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada pekan ini ini, yield obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun seri acuan naik masing-masing sebesar 1,7 bps, 4 bps, 2,5 bps, dan 7,2 bps.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Cukai Rokok Meroket, Masalah CAD Datang Lagi
(ank/roy)from CNBC Indonesia https://ift.tt/31EY8RL
via IFTTT
No comments:
Post a Comment