Pages

Saturday, October 5, 2019

42 Tahun Eksis, Intip Rahasia Bisnis Bakery Keluarga Wongso

Jakarta, CNBC Indonesia - Dengan plang nama bernuansa oranye, toko Vineth Bakery yang terletak di jalan Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, memang tidak terlihat ramai pelanggan. Dari luar, toko terlihat gelap tanpa ada petunjuk buka atau tutup. Namun ketika masuk ke dalam toko, rasa nyaman, hangat, dan homey langsung terasa.

Vineth Bakery dibangun sejak 1977 oleh salah satu culinary expert terkemuka yang terkenal sebagai pionir European bread di Indonesia, William Wongso. Kini usaha tersebut dilanjutkan oleh anaknya, Tia Wongso (42).

Wongso memang dikenal luas sebagai ahli kuliner yang menguasai seni masakan Eropa dan Asia. Beberapa usaha lain di antaranya William Kafe Artistik dan William Gourmet Catering.

"[Toko kue] dibangun 1977-1978 oleh Opa saya. Tapi waktu itu produksinya hanya kue lapis dan lainnya. Orang tua saya yang waktu itu dari Surabaya pindah ke Jakarta dan meneruskan usaha ini sampai sekarang," ujar Tia ketika ditemui oleh CNBC Indonesia.


Dahulu, toko Vineth Bakery bukan di jalan Panglima Polim, melainkan di daerah Samanhudi. "Dulu tokonya bukan di sini. Kita pindah tahun 1979-1980 lah," imbuh Tia.

Tia juga membeberkan rahasia Vineth Bakery bisa bertahan hingga puluhan tahun. Menurutnya, kualitas lah yang membuat toko roti dan kue ini masih eksis hingga kini, melawan toko-toko roti modern.

Vineth Bakery, Pionir Kue Es Krim Beromzet Rp 400 Juta/bulanFoto: Vineth Bakery/Facebook

"Selama ini untuk produksi dan kualitasnya, kita selalu menjaga seperti zaman dulu. Memang belum mass product, tapi kita semuanya masih manual dengan tangan manusia," ungkap Tia.

"Selain itu, kita juga punya klien sendiri, dengan suplai roti-roti barat kita ke restoran dan katering. Bahkan ada katering yang tidak produksi dessert, pesennya ke kita. Selain jual di toko, roti-roti kita titip jual di Ranch Market Pondok Indah, Hero Kemang dan KemChick Pasific Place. Kita juga ada di situs jualan makanan FoodSpot," lanjut Tia.

Hotel menjadi salah satu tempat yang belum pernah tembus untuk disuplai roti-roti dari Vineth Bakery. Sebab menurut Tia, kebanyakan hotel-hotel berbintang 3 ke atas sudah memproduksi sendiri roti dan kue mereka.

"Kita waktu itu mencoba masuk ke hotel bintang 3 ke bawah, kita terpentok masalah di harga sih. Karena semua roti kita masih pakai butter Elle & Vire impor, bukan margarin. Croissant yang kita produksi masih menggunakan butter," ungkap Tia.


Dengan banyaknya tempat yang harus disuplai, setiap hari Vineth Bakery mulai produksi pukul 11 malam. "Toko buka jam 8 pagi dan jam 6 kita sudah harus kirim ke beberapa supermarket yang kita supply," jelas Tia.

Sistem produksi Vineth bisa dikatakan cukup unik, sebab mereka hanya memproduksi roti sekali dalam sehari. Rata-rata setiap harinya, Vineth Bakery bisa memproduksi roti minimum 500 buah dalam berbagai rasa untuk dijual di toko dan dipasok ke berbagai tempat.

Tia juga bercerita, dalam beberapa tahun terakhir, Vineth Bakery mulai memberlakukan diskon roti sebesar 30% guna menghabiskan stok roti di toko hari itu.

"Untuk diskon, kita mulai jam 6 sore untuk weekdays dan jam 3 sore untuk hari Minggu, pokoknya 2 jam sebelum toko tutup. Diskonnya cuma ada di toko ini saja ya," jelas Tia.

Maka dengan itu, tidak salah jika toko roti dan kue ini bisa meraup omzet rata-rata per bulan sebesar Rp 400 juta. "Kalau per hari tergantung situasi dan bervariasi, bisa Rp 4-8 juta lah," imbuh Tia.

Vineth Bakery, Pencetus Kue Es Krim Pertama yang Raup Omzet RFoto: Vineth Bakery/Facebook

Menu lama yang bertahan dan hilang
Untuk menu, Vineth Bakery memiliki 5 kategori, yaitu roti barat, roti manis, pastry, cookies, serta kue biasa dan kue es krim.

Untuk roti barat seperti french bread, biasanya dipesan oleh restoran. Sedangkan untuk roti biasa, yang menjadi primadona adalah butter top, roti cokelat yang memiliki sensasi krenyes, donat cokelat, dan roti bakso.

"Roti bakso ini resepnya dari Pak William. Namanya agak menipu karena isinya bukan bakso pentol-pentol, tetapi isinya daging cincang yang diolah dengan bawang merah, bawang putih, dan buah sayur kundur (winter melon) yang punya khasiat menurunkan panas dalam," jelas Tia.

Sedangkan untuk cookies, kastengels masih menjadi produk yang laku terjual. Selain itu, masih ada rasa cheese twist, cheese palmier, lidah kucing dan lainnya. Cookies tersebut bisa tahan 1-2 bulan, namun menurut Tia, lebih baik dikonsumsi dalam jangka waktu 2 minggu sampai sebulan agar rasa, tekstur, dan bau tidak berubah.


"Cookies kita sudah cukup lama, 15-20 tahun lalu sudah ada. Paling yang baru buat seasonal, seperti natal. Contohnya rasa Cinnamon Star, Cranberry Orange Peel, Spekulas baru dibikin kalau natal," ungkap Tia.

Vineth Bakery juga menjual kue-kue seperti blackforest. Yang unik, dahulu ibunda Tia menggunakan minuman keras untuk merendam black cherry selama 2 bulan. Namun seiring berjalannya waktu, minuman keras tersebut diganti dengan essence rum yang halal.

Terakhir ada kue es krim. Sejauh ini, Vineth Bakery paling tidak memiliki empat varian rasa kue es krim, yaitu Blackforest, Malaga, Japonaise, dan Bake Alaskan. Namun yang masih diproduksi hingga kini hanya varian Japonaise dengan berbagai ukuran diameter 24, diameter 18 dan diameter 8. Untuk kue es krim Blackforest, Tia akan membuatnya jika ada permintaan dari pelanggan.

"Kita yang pertama kali bikin es krim cake dari tahun 80-an. Yang Japonaise Ice Cream versi kecil ini baru dibikin tahun ini, beberapa minggu sebelum Lebaran," tukas Tia.

(tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2oTlQvm
via IFTTT

No comments:

Post a Comment