Pages

Sunday, October 6, 2019

Gawat, Nego Perang Dagang AS-China Terancam Gagal

Jakarta, CNBC Indonesia- Kesepakatan damai antara AS dan China terkait perdagangan seharusnya diketok 10-11 Oktober ini. Namun, sepertinya investor masih harus harap-harap cemas terkait apakah benar akan ada kesepakatan atau tidak.

CNBC International mengutip Bloomberg mengatakan China sepertinya enggan sepakat dengan draf proposal perdagangan baru yang dibuat AS. "Pejabat China ragu untuk sepakat dalam negosiasi Kamis nanti," tulis media itu, dikutip CNBC Indonesia, Senin (7/10/2019).

China menolak mengabulkan tuntutan utama AS terkait reformasi kebijakan industri. Di mana AS meminta China menarik subsidi yang diberikan ke pengusaha.


Dalam laporan Financial Times, di Mei 2019, China setidaknya memberi subsidi hingga US$ 22,3 juta pada 2018. Naik 14% dari tahun sebelumnya (YoY).
Belum lagi, wacana pemerintah AS yang ingin membatasi semua investasi ke China. Meski sebelumnya sempat dibantah sebagai hoaks oleh pejabat AS, memo pertimbangan kebijakan ini beredar di Gedung Putih.

Memo ini berisi evaluasi kebijakan Presiden Donald Trump akhir September lalu. Salah satu isinya, apakah pembatasan modal AS ke China harus dilakukan.

Memo ini tidak merekomendasikan kebijakan melainkan menguraikan alasan mengapa investasi harus dibatasi. Memo ini menyarankan agar Komite Koordinasi Kebijakan dibentuk dan akan mengadakan pertemuan lanjutan 30 September-4 Oktober.

Hal ini membuat ketegangan kedua negara meningkat. Selain soal boikot investasi, beredar juga upaya lain yang akan dilakukan, yakni mendepak semua perusahaan China dari Wall Street. Ini pun dibantah pemerintah Trump.

Perang dagang AS-China sudah berlangsung selama setahun lebih. Kedua negara menaikkan tarif pada barang masing-masing.

1 September 2019 lalu, AS resmi memberlakukan tahap pertama kenaikan tarif sebesar 15% pada US $ 300 miliar barang asal China. Sementara China juga mulai memberlakukan tarif tambahan pada beberapa barang AS senilai US $ 75 miliar.

Tarif tambahan senilai 5% dan 10% dikenakan pada 1.717 barang dari total 5.078 produk yang berasal dari AS.

AS juga berencana untuk menaikkan tarif masuk menjadi 30% dari 25% yang sudah diberlakukan pada impor China senilai US$ 250 miliar mulai 1 Oktober mendatang.

Meski demikian, pertengahan September, kenaikan tarif sempat ditunda keduanya pada beberapa barang. Ini menyusul negosiasi yang dilakukan keduanya.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/30SdfpY
via IFTTT

No comments:

Post a Comment