Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengawali perdagangan hari ini, Rabu (2/10/2019), di zona merah: indeks Nikkei turun 0,64%, indeks Hang Seng jatuh 0,73%, indeks Straits Times melemah 0,75%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,68%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham China diliburkan guna memperingati 70 tahun lahirnya Republik Rakyat China.
Rilis data ekonomi AS yang begitu mengecewakan menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Asia. Kemarin (1/10/2019), Manufacturing PMI AS periode September 2019 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 47,8, jauh di bawah konsensus yang sebesar 50,4, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.
Kontraksi yang terjadi pada bulan September merupakan kontraksi terburuk yang dibukukan oleh sektor manufaktur AS dalam satu dekade terakhir. Perang dagang dengan China terbukti telah sangat menyakiti perekonomian AS.
Sejatinya, ada perkembangan yang positif terkait dengan perkembangan hubungan kedua negara di bidang perdagangan. Penasihat Dagang Gedung Putih Peter Navarro mengatakan pemberitaan bahwa AS sedang mempertimbangkan pembatasan terhadap investasi di perusahaan asal China tidaklah akurat.
Sebelumnya, hubungan AS-China di bidang perdagangan sempat memanas sehingga membuat asa atas damai dagang kedua negara menjadi memudar. CNBC International melaporkan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump kini sedang mempertimbangkan langkah untuk memangkas investasi AS di China, seperti dikutip dari seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Sumber tersebut menyebut bahwa salah satu opsi yang mungkin diambil adalah memblokir seluruh investasi keuangan dari AS terhadap perusahaan-perusahaan asal China. Restriksi tersebut dimaksudkan untuk melindungi investor asal AS dari risiko yang berlebihan yang mereka tanggung, seiring dengan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh China terhadap perusahaan-perusahaan di sana.
Sebelumnya, Bloomberg memberitakan bahwa para pejabat pemerintahan AS mempertimbangkan opsi untuk men-delisting perusahaan-perusahaan asal China yang melantai di AS. Langkah ini dimaksudkan guna membatasi aliran modal portofolio dari investor asal AS ke perusahaan-perusahaan asal China. Lebih lanjut, AS juga mempertimbangkan untuk melarang dana pensiun dari pegawai pemerintah untuk diinvestasikan ke pasar keuangan China.
Sebagai informasi, sejauh ini kedua negara masih dijadwalkan untuk menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi pada bulan ini di Washington. Melansir Bloomberg, Kementerian Perdagangan China menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertandang ke AS selepas tanggal 7 Oktober guna memimpin delegasi China.
Namun apa daya, rilis data ekonomi AS yang begitu mengecewakan terbukti lebih dominan dalam mendikte pergerakan bursa saham Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2oriYp1
via IFTTT
No comments:
Post a Comment