Ekspektasi peningkatan harga komoditas andalan RI dan Malaysia ini membuat saham-saham CPO diburu investor dalam sebulan terakhir.
Foto: Dwi Ayuningtyas
|
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa harga CPO merangkak naik sejak 14 Oktober 2019, di mana pada perdagangan Selasa (12/11/2019) harga CPO kontrak pengiriman 3 bulan di Bursa Malaysia Derivatif sempat ditransaksikan di level tertinggi di tahun ini, yakni RM 2.638/ton.
Kenaikan harga CPO langsung membuat harga saham emiten sawit domestik diburu pelaku pasar, di mana penguatan tersebut juga terlihat dari grafik di atas.
Sejak 14 Oktober hingga penutupan perdagangan Rabu pekan ini (13/11/2019) harga saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) melesat paling tinggi yakni 26,67% ke level Rp 418/saham. Sementara, dihitung hingga perdagangan Kamis kemarin (14/11), saham DSNG sudah naik 25,90% dalam sebulan terakhir.
Harga saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pada periode yang sama ( 14 Oktober- 13 November) juga mencatatkan penguatan masing-masing 20,77% menjadi Rp 2.500/saham dan 16,43% menjadi Rp 12.400/saham.
Kamis kemarin, saham SGRO naik lagi 0,80% di level Rp 2.520/saham dengan catatan net buy asing Rp 191,49 juta, sementara saham AALI kemarin turun 1,21% di level Rp 12.250/saham.
Kemudian saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dari Grup Salim juga meningkat 6,48% ke level Rp 1.315/saham pada periode tersebut.
Sejak Awal Tahun
Akan tetapi jika ditilik kenaikan harga saham emiten tersebut sejak awal tahun hingga Kamis kemarin atau year to date, maka cuan yang dicatatkan hanya satu digit, di mana SGRO hanya menguat 6,33% dengan net buy Rp 15,54 miliar, dan LSIP naik 5,20% dengan net sell Rp 131,36 miliar.
Sementara itu, saham AALI secara year to date tumbuh 3,59% dengan net sell Rp 147,70 miliar, dan saham DSNG naik tipis 1,95% dengan net buy Rp 15,54 miliar.
Di lain pihak, meskipun harga CPO melesat, masih terdapat emiten sawit yang harga sahamnya justru bergerak ke selatan alias terkoreksi.
Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Kamis kemarin, saham PT Smart Tbk (SMAR) dan PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) terkoreksi masing-masing senilai 4,94% dan 33,54%.
Sebagai informasi, komoditas ekspor utama Indonesia tersebut membukukan kenaikan harga didorong oleh turunnya produksi dan persediaan.
Mengutip Reuters, Dewan Sawit Malaysia (MPOB) merilis data stok minyak sawit Malaysia periode Oktober turun 4,1% dibanding bulan sebelumnya menjadi 2,35 juta ton. Stok ini merupakan yang terendah kedua tahun ini setelah stok bulan Agustus yang mencapai 2,25 juta ton.
Penurunan stok ini di luar dugaan, padahal poling yang dihimpun Reuters sebelumnya menunjukkan bahwa stok akan berada di level 2,52 juta ton naik dari bulan September sebesar 2,45 juta ton.
Sementara itu output atau produksi minyak sawit turun menjadi 1,79 juta ton dari bulan sebelumnya sebesar 1,88 juta ton. Penurunan output disebabkan oleh adanya kekeringan dan kabut yang juga menurunkan produktivitas.
Selain itu, permintaan juga diestimasi meningkat pada kuartal terakhir tahun ini karena tingginya permintaan minyak sawit dari China akibat penurunan pasokan minyak kedelai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/dru)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2NOwE84
via IFTTT
No comments:
Post a Comment