Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari pertama pekan ini, kinerja pasar keuangan Indonesia masih bisa dibilang lesu. Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, hanya pasar obligasi yang mampu menguat, itu pun tipis.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 3,7 basis poin (bps) menjadi 7%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Pergerakan yield dan harga pada pasar obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, ketika harga turun maka yield naik. Umumnya yield lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Sementara rupiah melemah tipis hampir flat di 0,01% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Akan tetapi, depresiasi tipis tersebut sebenarnya cukup baik. Sebab, mata uang Benua Kuning lainnya melemah lebih dalam.
Sementara IHSG melemah 0,09% ke 6.122. Mirisnya, kemarin bursa Asia rata-rata ditutup menguat. Indeks Nikkei 225 naik 0,49%, Shanghai menguat 0,62%, Hang Seng melejit 1,35%, dan Straits Times terapresiasi 0,44%.
Perdagangan terlihat kurang ramai dan terkesan pelaku pasar menunggu sesuatu. Sikap tersebut tercermin dari transaksi saham yang hanya Rp 5,47 triliun, lebih rendah dibandingkan transaksi akhir pekan lalu yang menyentuh angka Rp 5,97 triliun, atau bahkan rata-rata pekan lalu sebesar Rp 6,48 triliun.
Investor memilih menunggu karena kabar seputar rencana perjanjian damai dagang AS-China Fase I masih belum jelas. Akhir pekan lalu, AS-China kembali menggelar dialog melalui sambungan telepon. Washington diwakili oleh Kepala Kantor Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Sementara di sisi Beijing ada Wakil Perdana Menteri Liu He.
Kantor berita Xinhua memberitakan kedua pihak berdialog secara konstruktif. Isu-isu yang dibahas masih seputar perjanjian damai dagang Fase I dan kesepakatan untuk terus menjalin komunikasi.
Dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengungkapkan bahwa AS-China sangat mungkin untuk menyepakati perjanjian damai dagang Fase I. Saat ini pembicaraan sedang berlangsung di level teknis.
"The devil is always in the details. Kami sedang masuk ke detil-detil terakhir," ujar Ross.
Namun selain itu, belum ada kejelasan lebih lanjut. Oleh karena itu, investor lebih baik menunggu sesuatu yang lebih pasti yaitu kapa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping meneken perjanjian damai dagang. Sesuatu yang sampai sekarang belum jelas.
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2OsJyHK
via IFTTT
No comments:
Post a Comment