Pages

Saturday, November 2, 2019

Mandatori B30, Menteri ESDM Soroti Kualitas dan Transportasinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif akan terus mendorong potensi energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya dengan implementasi B30 atau campuran 30% biodiesel pada minyak solar yang akan berjalan pada awal tahun depan.

Penerapan B30 ini bertujuan untuk menekan impor minyak demi memperbaiki defisit neraca perdagangan.


"B30 sudah siap, ini tinggal suplainya [dipastikan], lalu dijalankan," ungkapnya di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Jumat, (1/11/2019).

Lebih lanjut dirinya mengatakan, untuk melakukan terobosan-terobosan baru perlu dilakukan dengan cara bertahap, mulai dari B30, B40, hingga B50 itu harus dilakukan pengecekan kesesuaian untuk pemakaian. "Ini kita harus menjaga kualitas saat di transportasi, tingkat security-nya," imbuhnya.

Hal ini penting mengingat kajian 
Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM mengungkapkan beberapa tantangan mandatori B30 ini. Beberapa tantangan di antaranya sebaran Badan Usaha BBN Biodiesel tidak merata (saat ini pabrik biodiesel lebih banyak berada di Indonesia bagian barat) dan keterbatasan sarana dan fasilitas di TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak).

Selain itu, tantangan lain yakni adanya permasalahan moda transportasi (terbatasnya kapal pengangkut), masih adanya resistensi dari end user seperti moda angkutan kapal dan pertambangan, dam adanya negatif campaign dari beberapa negara tujuan utama ekspor.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan perlunya peningkatan lifting sehingga implementasi energi baru terbarukan bisa lebih cepat. Khusunya percepatan mandatori dari B20 menjadi B30, dan selanjutnya melompat ke implementasi B50 dan B100.

Dari B20 pada tahun depan akan ditingkatkan implementasinya menjadi B30. Melalui kebijakan B30, berdasarkan hitungan Kementrian ESDM, maka diperlukan setidaknya 9,6 juta kiloliter unsur nabati atau FAME untuk mendukung B30 di 2020. 
FAME (fatty acid methyl esteradalah unsur nabati yang dibutuhkan untuk memproduksi B20, dengan bahan baku dari minyak kelapa sawit.

Sebelumnya Jokowi meminta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi beserta jajaran di bawahnya untuk menekan angka defisit.

"Bahwa peningkatan investasi terus bisa kita lakukan dan dalam saat bersamaan kita juga bisa mengurangi ketergantungan pada barang impor khususnya impor BBM yang sangat memberikan dampak yang sangat besar," kata Jokowi, Rabu (30/10/2019).


Simak optimisme pelaku pasar soal serapan CPO dengan adanya B20

(tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/36v5x9m
via IFTTT

No comments:

Post a Comment