Fahmi mengatakan, bahwa jika dihitung secara harian, iuran BPJS Kesehatan tidak terlalu banyak uang yang harus disisihkan masyarakat.
Kelas 1 kira-kira Rp 5.000 - 6.000 per hari, kelas 2 Rp 3.000 - 4.000 per hari, dan kelas 3 kurang dari Rp 2.000 per hari.
"Yuk bangun kesadaran, sisihkan dana pemeliharaan kesehatan diri. Ada pilihan-pilihan pertama Rp 5.000 - 6.000 per hari," ungkapnya dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPJS Jakarta, belum lama ini.
"Jika tidak sanggup di angka Rp 6.000, masih ada pilihan-pilihan yang lebih murah," kata Fahmi melanjutkan.
Saat ini, kata Fahmi pemerintah telah meng-cover sekitar 133 juta penduduk. Dengan naiknya 100% iuran BPJS Kesehatan tahun depan, sangat membantu untuk menutup defisit BPJS Kesehatan.
"Ini bisa menjadi narasi kita bersama menjelaskan rasionalisasi iuran. Jika kita lihat penyesuaian iuran tentu akan berdampak pada cash flow rumah sakit, sehingga tidak ada keterlambatan bayar," jelasnya.
Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan aturan Presiden Nomor 75 Tahun 2019 tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, Iuran BPJS Kesehatan naik 100%.
Presiden Joko Widodo meminta agar kenaikan iuran BPJS Kesehatan ini tidak menimbulkan kegaduhan. Jokowi menegaskan bahwa seluruh masyarakat Indonesia harus memahami betul bahwa pemerintah selama ini telah mengalokasikan subsidi melalui penerima bantuan iuran (PBI) senilai Rp 41 triliun.
"Ini angka besar sekali. Jangan sampai kesannya kita, ini kita sudah subsidi di APBN ini gede banget. Tapi kalau cara kita menjelaskan tidak pas. Hati-hati," kata Jokowi Kamis (31/10/2019).
(sef/sef)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2qlPVUN
via IFTTT
No comments:
Post a Comment