Terawan mengatakan, pasien yang dilayani di beberapa pelayanan kesehatan diberikan secara berlebihan. Padahal seharusnya beberapa tindakan tidak perlu dilakukan, yang pada akhirnya membuat biaya rumah sakit membengkak.
Salah satunya dapat terlihat dari klaim operasi sectio caesarea atau sesar yang sangat tinggi, biayanya mencapai Rp 260 triliun. Belum lagi biaya pengobatan penyakit jantung yang mencapai Rp 10,5 triliun pada 2018.
"Artinya apa? Terjadi pemborosan yang luar biasa untuk yang tidak seharusnya dilakukan tindakan, (malah-red) melakukan tindakan," kata Terawan seperti dikutip detikHealth, Rabu (27/11/2019).
Padahal seharusnya, lanjut Terawan tindakan pasien di pelayanan kesehatan harus berdasarkan diagnosa yang benar dan diterapi dengan optimal. Sehingga pembiayaan tidak menjadi berat.
Misalnya, Terawan mencontohkan, pada orang yang mengidap kanker stadium 1, seharusnya tidak perlu dilakukan kemo sistemik.
"Ya matinya bukan karena kankernya, tapi obat-obatnya yang berlebihan. Itu yang namanya jangan maksimal, tapi optimal," tuturrnya.
Terawan juga menyebut perbandingan operasi kelahiran sesar di Indonesia sangat tinggi dibandingkan standar yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia WHO. Idealnya, perbandingan tersebut adalah 20 persen, namun di Indonesia perbandingannya mencapai 45 persen.
"Saya yakin dokter-dokter membela diri "wah saya sesuai aturan". Lho saya ini dokter fungsional. Saya dokter beneran, saya ngelayani pasien. Sama-sama lah melihat," papar Menkes.
Pelayanan kesehatan yang maksimal, menurutnya malah bisa membahayakan nyawa pasien. Ia berharap tak lagi tindakan yang notabene merugikan pasien. Menkes meyakini, jika para dokter mengambil tindakan yang benar, maka klaim dan defisit BPJS Kesehatan tidak akan sebesar yang sekarang.
IDI BANTAH >> NEXT
from CNBC Indonesia https://ift.tt/33yUtVY
via IFTTT
No comments:
Post a Comment