Pages

Sunday, December 1, 2019

Rupiah Batal Menguat Pagi Ini, Gara-gara Apa Sih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka stagnan di perdagangan pasa spot hari ini. Rupiah sebenarnya punya ruang untuk menguat, tetapi rilis data pagi ini membuat mata uang Tanah Air tertahan.

Pada Senin (2/12/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.100 kala pembukaan pasar. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sejatinya rupiah punya ruang untuk terangkat. Penguatan rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) yang sering kali menjadi cerminan arah pergerakan di pasar spot.


Maklum, rupiah melemah 0,14% terhadap dolar AS secara point-to-point sepanjang pekan lalu. Dalam sebulan terakhir, mata uang Tanah Air mengalami depresiasi 0,57%. Ini membuat rupiah berpeluang mencetak technical rebound.
Namun apa daya, rilis data ekonomi terbaru kurang mendukung. Pagi ini IHS Markit merilis angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia periode November yang berada di 48,2. Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 47,7.

Namun PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Angka di bawah 50 berarti industriawan masih enggan melakukan ekspansi, alias masih kontraktif. PMI manufaktur Indonesia sudah lima bulan beruntun mengalami kontraksi.

Pada Oktober dan November, rata-rata PMI Indonesia adalah 48. IHS Markit menyebutkan, ini memberi sinyal bahwa aktivitas manufaktur akan mengalami kontraksi pada kuartal IV-2019.

"Dengan rata-rata PMI Oktober dan November yang sebesar 48, kami memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2019 hanya tumbuh 4,9%. Survei kami menunjukkan permintaan terhadap produk manufaktur masih lemah. Permintaan baru dan penjualan menurun, dan dunia usaha memilih untuk mengurangi tenaga kerja serta menurunkan pembelian bahan baku. Ini memberi gambaran bahwa output ekonomi masih akan lemah dalam beberapa bulan ke depan," jelas Bernard Aw, Principal Economist di IHS Markit, dikutip dari siaran tertulis.


Sepertinya rilis data ini membuat investor mundur teratur. Risiko perlambatan ekonomi tentu membuat pelaku pasar ragu-ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Akibatnya, rupiah pun belum bisa mewujudkan potensi penguatan.

Selain itu, investor juga menantikan rilis data domestik lainnya yaitu inflasi. Pada pukul 11:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi periode November.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi November adalah 0,2% secara month-on-month (MoM) dan 3,065% year-on-year (YoY). Sementara inflasi inti diramal 3,16% YoY.


Konsensus tersebut menunjukkan terjadi perlambatan laju inflasi. Pada September, BPS mencatat inflasi sebesar 0,02% MoM, 3,13% YoY, dan inflasi inti 3,2% YoY.

Apakah perlambatan laju inflasi memberi konfirmasi bahwa permintaan memang melemah? Apakah pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2019 bisa di bawah 5% gara-gara kelesuan konsumsi rumah tangga? Mari kita nantikan pengumuman BPS...

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2sABvl3
via IFTTT

No comments:

Post a Comment