Pages

Tuesday, July 16, 2019

Dana Kelolaan Reksa Dana Tembus Rp 513 T, Siapa MI Terbesar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana kelolaan (asset under management/AUM) reksa dana tumbuh tipis dari periode akhir 2018 hingga Juni 2019 yaitu sebesar 1,49% ditopang naiknya harga instrumen pasar modal serta penambahan unit penyertaan.  

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah dana kelolaan industri reksa dana naik menjadi Rp 512,9 triliun dengan unit penyertaan yang tumbuh 2,13% menjadi 381,68 miliar unit dari 373,72 miliar unit. 

Faktor lain, yaitu kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi tolok ukur pasar saham domestik serta penguatan pasar obligasi yang diwakili dengan INDOBeX Corporate Total Return untuk obligasi korporasi dan INDOBeX Government Total Return untuk obligasi pemerintah. 


IHSG naik 2,65% pada periode tersebut, INDOBeX Corporate Total Return yang dikeluarkan PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga tumbuh 8,09%. Adapun INDOBeX Government Total Return juga menguat 7,43%. 

Instrumen lain yang juga berpengaruh pada kinerja reksa dana adalah deposito berjangka perbankan, yang menjadi portofolio tambahan dalam reksa dana pasar uang, dengan kinerja sejak akhir 2018 hingga Juni sebesar 3,46%. Besaran return deposito tersebut merupakan rerata bunga deposito bank umum pada periode Desember 2018-April 2019. 

Berkaca pada penguatan instrumen investasi tersebut dan dari bertambahnya dana kelolaan serta unit penyertaan, terlihat bahwa pertumbuhan industri reksa dana tidak signifikan jika dibanding kenaikan harga dari instrumen yang menjadi portofolio investasinya.

Dari sisi klasemen, dari total 88 manajer investasi (MI) yang datanya dapat ditelusuri dari total 93 manajer investasi yang tercatat di OJK, posisi teratas Juni diduduki oleh PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen dengan dana kelolaan Rp 42,35 triliun. 

Posisi selanjutnya diisi PT Mandiri Manajemen Investasi dengan dana kelolaan Rp 42,04 triliun, PT Schroder Investment Management Indonesia Rp 42,3 triliun, PT Bahana TCW Investment Management Rp 39,47 triliun, dan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Rp 29,52 triliun. 

Secara berturut-turut, di bawahnya ada PT Sinarmas Asset Management Rp 22,08 triliun, PT Danareksa Investment Management Rp 18,97 triliun, PT Syailendra Capital Rp 18,29 triliun, PT BNI Asset Management Rp 18,04 triliun, dan PT Eastspring Investments Indonesia Rp 17,7 triliun. 

Batavia Prosperindo baru di puncak klasemen sejak bulan ini, mengungguli Mandiri Investasi yang sempat berada di puncak klasemen pada Mei. Sebelumnya, posisi teratas diduduki oleh Schroders Indonesia yang relatif tidak pernah turun sejak 2006, pasca krisis reksa dana pendapatan tetap dan harga pasar obligasi.

Dua penghuni 10 besar baru yaitu BNI Asset Management dan Eastspring Investments merangsek naik ke posisi 9 dan 10 besar dari sebelumnya di posisi 13 dan 11 pada Desember 2018. 

Direktur Mandiri Investasi Endang Astharanti mengatakan kenaikan AUM perseroan disebabkan pembelian reksa dana (subscription) investor maupun dari dampak kenaikan harga instrumen di pasar.  

"Kenaikan total AUM Mandiri Investasi YTD 3,7% yang berasal dari pembelian bersih [net subscription] sekitar +1,1% sedangkan karena market impact sekitar 2,6%," ujarnya pekan lalu. 

Menurut Asti, panggilan Endang Astharanti, penambahan jumlah nasabah lebih banyak dari segmen ritel dibandingkan dengan institusi, yang dapat melalui platform digital perusahaan maupun melalui jaringan distribusi agen penjual reksa dana (APERD). 

Saat ini, aturan OJK memungkinkan APERD dapat berupa perbankan, sekuritas, maupun perusahaan berbasis teknologi (fintech). 

Manajemen Schroder Indonesia mengatakan alasan penurunan dana kelolaan perseroan disebabkan oleh pencairan reksa dana (redemption) dan karena turunnya nilai pasar portofolio perseroan.  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Gfrq0F
via IFTTT

No comments:

Post a Comment