Pages

Sunday, July 21, 2019

Menanti Sinyal Baru Dari The Fed, Straits Times Pilih Mundur

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham acuan Singapura membuka awal pekan di zona merah seiring dengan sikap kehati-hatian pelaku pasar yang mencermati sinyal-sinyal baru dari Bank Sentral AS/The Federal Reserves (The Fed) dan kembali memanas-nya konflik di Timur Tengah.

Data pasar menunjukkan, dimana dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 1 mencatatkan kenaikan harga, 21 saham melemah, dan 8 saham tidak mencatatkan perubahan harga.

Menjelang akhir pekan, bursa saham global, termasuk Singapura, mendapatkan katalis positif setelah Presiden The Fed New York John Williams memberikan pernyataan bahwa bank sentral perlu bergerak cepat dan mengambil langkah pencegahan sebelum terjadinya bencana.

Bebera saat setelahnya, di situs CME Fedwatch. pelaku pasar langsung menaikkan ekspektasi mereka atas pemotongan suku bunga acuan AS sebesar 50 basis poin (bps) ke kisaran 70% pada Jumat (19/7/2019) dini hari.

Namun, setelah komentar tersebut diklarifikasi lebih bersifat akademis dan bukan tentang arah kebijakan moneter The Fed, estimasi pemangkasan suku bunga 50 bps langsung turun, dimana pada pukul 08:20 WIB hari ini (22/7/2019) probabilitas-nya ada di level 20,4%.

Pasalnya, dengan The Fed langsung memberikan klarifikasi, menandakan bahwa besar kemungkinan kebijakan moneter The Fed belum selonggar itu.

Sedangkan peluang penurunan 25 bps adalah 79,6%.

Sejak awal pelaku pasar memang lebih banyak bertaruh pada peluang pemangkasan 25 bps. Dengan tidak adanya kejutan-kejutan baru dari Negeri Paman Sam, investor lebih memilih bermain aman sekaligus melakukan aksi ambil untuk (profit taking) untuk merealisasikan manfaat yang diperoleh akhir pekan lalu.

Di lain pihak, ketegangan di Timur Tengah semakin memanas setelah pemerintah Iran menangkap kapal tanker asal Inggris di Teluk Hormuz atas dugaan pelanggaran wilayah laut.

Negeri Persia yang awalnya berkelahi dengan AS, tampaknya akan segera memulai perselisihan baru dengan Inggris.

Analis di Capital Economics bahkan mengatakan konflik yang belakangan ini selalu berasal dari Teluk Hormuz, dapat mengakibatkan penutupan jalur tersebut, dan ini bukan berita baik, dilansir CNBC International. Hal ini dikarenakan seperlima pasokan minyak dunia melewati jalur tersebut.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2xYVJUZ
via IFTTT

No comments:

Post a Comment