Pages

Wednesday, July 17, 2019

Rekor Lagi! Harga Emas Dunia Sentuh Rp 640.374/gram

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menembus rekor tertinggi di tahun 2019.

Pada perdagangan hari Kamis (18/7/2019) pukul 07:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) naik 0,3% ke level US$ 1.427,6/troy ounce (Rp 640.859/gram).

Sedangkan harga emas di pasar spot bertengger di level US$ 1.426,52/troy ounce (Rp 640.374/gram) atau terkoreksi tipis 0,01%.


Sehari sebelumnya, harga emas COMEX dan spot naik masing-masing sebesar 0,86% dan 1,47%.

Pada posisi saat ini, harga emas merupakan yang tertinggi di tahun 2019. Rekor tertinggi sebelumnya terjadi pada tanggal 25 Juni 2019 yang mana kala itu harga emas pasar spot ada di level US$ 1.422,85/troy ounce. Harga ini juga merupakan yang tertinggi dalam enam tahun terakhir atau sejak Mei 2013.

Penyebab kenaikan harga emas kali ini adalah rilis data ekonomi yang buruk dari Amerika Serikat (AS).

Angka pembangunan rumah baru AS pada bulan Juni turun 0,9% secara bulanan (month-on-month/MoM) atau sebanyak 1,253 juta unit dan menandakan pelemahan bulan kedua secara berturut-turut. Penurunan tersebut jauh lebih dalam dibanding prediksi konsensus yang sebesar 0,4% MoM atau sebesar 1.269 juta unit.


Sementara itu, ijin pembangunan rumah baru pada bulan Juni anjlok hingga 6,1% MoM atau hanya sebanyak 1.220 unit dan merupakan yang paling kecil dalam 2 tahun terakhir.

Data perumahan seringkali menjadi indikator penting dalam perekonomian. Sebab, pembangunan rumah berhubungan erat dengan banyak industri kecil di sekitarnya. Ada industri baja, kayu, keramik, furnitur, dan sebagainya.

Saat pembangunan rumah lesu, maka kemungkinan besar banyak industri lain yang juga tak bergairah.

Kondisi tersebut menunjukkan perekonomian AS masih terus melambat sebagai dampak dari perang dagang dengan China.

Perlu diketahui pada bulan Mei 2019, Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif produk China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%). Alhasil China membalas dengan tarif tambahan antara 5-25% untuk produk AS senilai US$ 60 miliar.

Beberapa analis memperkirakan pembangunan rumah yang lesu akan semakin menekan angka pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2019.

Akibat data ekonomi yang suram, pelaku pasar makin yakin Bank Sentral AS, The Fed, akan agresif dalam melakukan pelonggaran tingkat suku bunga acuan.

Sebagai informasi, pada akhir bulan Juli 2019, Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) The Fed akan menggelar rapat bulanan. Dalam rapat tersebut akan diputuskan kebijakan moneter, salah satunya tingkat suku bunga acuan.

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan diturunkan hingga 50 basis poin pada rapat bulan Juli sebesar 39%, melonjak dari posisi hari Selasa (16/7/2019) sebesar 27,1%. Sementara probabilitas suku bunga acuan turun 25 basis poin turun dari 72,9% menjadi 61%.

Memang, dalam kondisi perekonomian yang lesu, pelonggaran moneter bisa menjadi langkah bijak.

Namun dampaknya likuiditas dolar akan meningkat dan mengakibatkan pelemahan nilai tukar.

Kejar Cuan Investasi Emas
[Gambas:Video CNBC]

Pelaku pasar pun sudah bersiap-siap. Terlihat dari nilai Dollar index (DXY) yang amblas 0,18% kemarin, dan masih terkoreksi 0,02% hari ini. Angka DXY merupakan cerminan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia.

Nah, saat dolar melemah, harga emas mendapat momentum untuk menguat.

Pasalnya, investor akan terpapar risiko koreksi nilai aset yang berbasis dolar. Tentu bukan hal yang diinginkan.

Dalam hal itu, investor akan gencar memburu emas untuk dijadikan instrumen pelindung nilai (hedging) karena nilainya yang relatif lebih stabil.

Selain itu, karena ditransaksikan dalam dolar, harga emas menjadi lebih murah untuk pemegang mata uang saat dolar melemah. Kondisi yang sangat ideal untuk memborong komoditas logam mulia.

TIM RISEt CNBC INDONESIA (taa/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2YVGKH3
via IFTTT

No comments:

Post a Comment