Pages

Tuesday, July 16, 2019

Terkuak! Ada Hasyim Djojohadikusumo di Balik Merrill Lynch

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupanya ada nama Hasyim Djojohadikusumo di balik PT Merrill Lynch Indonesia (MLSI), perusahaan efek atau anggota bursa yang menutup bisnis pedagang efek di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam data profil anggota bursa di website BEI terpampang nama Hasyim yang menjabat sebagai Komisaris Utama MLSI. Saham perusahaan sekuritas berkode broker ML ini dimiliki mayoritas oleh Merrill Lynch International Inc sebesar 80%, sementara PT Persada Kian Pastilestari sebesar 20%.


Persada Kian, menurut pemberitaan AP News pada 9 Januari 1996 ketika perusahaan mendapat lisensi atau izin dari otoritas pasar modal, dikendalikan oleh Hasyim, saudara dari politisi Prabowo Subianto.

Mengacu data BEI dan laporan keuangan, jumlah modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) Merrill Lynch Sekuritas saat ini sebesar Rp 255,82 miliar. Perseroan juga tercatat masih membukukan performa positif.

Per Maret 2019, pendapatan dari bisnis perantara perdagangan efek mencapai Rp 18,73 miliar, dari periode yang sama tahun 2018 yakni Rp 18 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 8,56 miliar, naik dari Rp 6,40 miliar. Total nilai aset Merill Lynch hingga kuartal I-2019 sebesar Rp 617,76 miliar.

Pada 2018, pendapatan perseroan mencapai Rp 70,66 miliar, naik dari 2017 yakni Rp 68,66 miliar dengan laba bersih naik menjadi Rp 26,35 miliar dari Rp18,64 miliar.


Seperti diberitakan sebelumnya, MLSI resmi menutup aktivitas perantara pedagang efek atau brokerage di Indonesia. Menurut sumber CNBC Indonesia yang mengetahui hal ini, setelah tak lagi menjalankan bisnis brokerage, MLSI masih tetap menjalankan bisnis keuangan di Indonesia sebagai investment banking.

"Rencana tutup (bisnis brokerage) sudah lama, lebih dahulu dibandingkan Deutcsche (PT Deutsche Sekuritas Indonesia). Mereka (MLSI) tak lagi menlanjan bisnis brokerage otomatis status Anggota Bursa (AB) akan dicabut," kata sumber tersebut kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/07/2018).

Sumber tersebut menyebutkan, salah satu alasan broker dengan kode ML tersebut menutup bisnis brokernya adalah keuntungan yang semakin tipis dari bisnis tersebut. "Tapi tidak tutup sepenuhnya loh ya. Mereka masih menjalankan bisnis investment banking," tutur sumber tersebut.

Merrill Lynch Sekuritas Indonesia diketahui tidak melakukan transaksi perdagangan saham sejak 11 Juli 2019 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data perdagangan BEI mencatat, sekuritas ini terakhir kali bertransaksi saham pada Rabu, 10 Juli lalu.

Pada awal Juli, sekuritas ini sebetulnya masih mencatatkan transaksi cukup ramai. Namun mulai Senin 8 Juli, perusahaan hanya melakukan satu kali transaksi yakni 1 lot saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) atau 100 saham BMRI.

Hari berikutnya, Selasa 9 Juli, transaksi juga sekali dilakukan atas saham BMRI sebanyak 1 lot saham. Esoknya, Rabu 10 Juli terjadi transaksi juga di saham BMRI sebanyak 4 lot, terdiri dari 3 lot jual dan 1 lot beli.

CNBC Indonesia belum berhasil mengontak manajemen broker ini kepada dua direksinya, Prijadi dan Yaduhu Immanuel untuk bertanya soal nihilnya transaksi ini. Ketika coba dikontak kantor perusahaan, staf di perusahaan sekuritas ini sama sekali tidak mengetahui informasi tersebut.

Terkuak! Ada Hasyim Djojohadikusumo di Balik Merrill LynchFoto: Kantor Merrill Lynch di San Diego, California. REUTERS/Mike Blake

Direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini juga belum memberikan penjelasan resmi terkait dengan Merril Lynch yang tanpa ada transaksi hari ini.

"Nanti tunggu akhir bulan ya," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo, dalam pesannya, Selasa (16/7/2019). (hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2JIZNy1
via IFTTT

No comments:

Post a Comment