Pages

Wednesday, August 14, 2019

Ancaman Resesi Global Mencuat, IHSG Diperkirakan Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memutus rantai pelemahan dua hari berturut-turut kemarin dengan ditutup menguat 0,91% pada level 6.267, Rabu (14/08/2019).

Untuk perdagangan hari ini Kamis (15/08/2019), Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak cenderung melemah. Adapun rentang perdagangannya diperkirakan berada pada level 6.175 hingga 6.275.

Dari Wall Street, tiga indeks utama anjlok lumayan dalam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 3,05%, S&P 500 amblas 2,93%, dan Nasdaq Composite ambrol 3,02%. Untuk DJIA bahkan menjadi penurunan terdalam sejak Oktober tahun lalu.

Kekhawatiran pelaku pasar akan risiko resesi menjadi momok bagi bursa Wall Street setelah melihat rilis data dari berbagai negara. Produksi industri (industrial production) di China periode Juli tumbuh hanya 4,8% year-on-year (YoY), melambat signifikan dibandingkan bulan Juni yang tumbuh 6,3% dan merupakan laju terlemah sejak Februari 2002.

Penjualan ritel (ritail sales) di Negeri Tirai Bambu juga sama saja, hanya tumbuh 7,6% YoY pada Juli, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang naik 9,8% YoY. Selanjutnya penjualan mobil bulan Juli turun 2,6% YoY, padahal bulan Juni melonjak 17,2% YoY.

Beralih ke Eropa, pertumbuhan ekonomiJerman kuartal II-2019 tercatat hanya 0,4% YoY, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 0,9% YoY. Tahun lalu, ekonomi Jerman tumbuh 1,5%, sedangkan untuk tahun 2019 Negeri Panser tersebut hanya berani mematok pertumbuhan di angka 0,5%. Jerman merupakan perekonomian terbesar di Eropa, perlambatan ekonomi di sana sangat berpotensi mempengaruhi satu benua.

Kembali ke AS, Pada pukul 04:12 WIB, imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun berada di 1,973%. Sementara yield 10 tahun berada 1,5826%. Ini adalah inversi pertama untuk dua tenor tersebut sejak Juni 2007, beberapa bulan sebelum krisis keuangan yang terjadi secara global.

Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.

Dari dalam negeri, pelaku bursa hari ini akan dihadapkan pada rilis data neraca dagang (trade balance) yang berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG. Rencananya data tersebut akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pukul 11:00 WIB.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor pada Juli terkontraksi alias turun 11,59% year-on-year (YoY) dan impor negatif 19,38% YoY. Sementara neraca perdagangan diperkirakan defisit US$ 384,5 juta.

Secara teknikal, IHSG memberikan harapan penguatan. Namun perlu dicatat bahwa pola yang terbentuk kemarin hanya lilin putih pendek (short white candle) pada grafik candlestick, sehingga potensi penguatan sebenarnya belum terlalu kuat.

Secara rata-rata pergerakan, posisinya IHSG hanya bergerak sedikit di atas rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir atau pada garis moving average/MA5 (garis berwarna hijau).

Secara momentum, ruang pelemahannya masih terbuka karena level jenuh jualnya (oversold) masih cukup jauh, yang ditunjukkan garis berwarna biru yang terletak di bawah grafik pada indikator Relative Strength Index (RSI).

TIM RISET CNBC INDONESIA (yam/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/31DXJPi
via IFTTT

No comments:

Post a Comment