Pages

Monday, August 5, 2019

Awal Agustus IHSG Anjlok 3,4%, Ini Waktu Borong Saham Murah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat ambruk 2,59% ke level 6.175,7 pada perdagangan kemarin (5/8/2019), menandai koreksi harian terdalam sejak September 2018. Jika dihitung sejak awal bulan Agustus, indeks saham acuan di Indonesia tersebut sudah ambruk hingga 3,36% dan dari awal tahun membukukan kinerja negatif turun 0,3% dibanding penutupan akhir 2018.

Performa IHSG yang sudah begitu mengecewakan dalam beberapa hari terakhir tentu memantik sebuah pertanyaan: apakah sekarang merupakan saat yang tepat untuk berburu saham?

Guna menjawab pertanyaan ini, kita bisa melihat valuasi IHSG dan membandingkannya dengan valuasi dari indeks saham lain di kawasan Asia. Di pasar saham, indikator yang sering digunakan oleh pelaku pasar untuk melihat valuasi dari sebuah saham ataupun indeks saham adalah price-to-earnings ratio (P/E ratio).

Untuk saham, P/E ratio dihitung dengan membagi harga saham dengan laba per saham. Sementara untuk indeks saham, P/E ratio dihitung dengan membagi nilai indeks saham dengan laba per saham.

Memang, ada berbagai faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya P/E ratio sehingga tak bisa serta-merta dikatakan bahwa saham atau indeks saham dengan P/E ratio yang lebih tinggi adalah lebih mahal ketimbang yang memiliki P/E ratio lebih rendah, ataupun sebaliknya. Namun tetap saja, P/E ratio merupakan indikator yang sangat lazim digunakan di pasar saham.

Dari 10 indeks saham utama di kawasan Asia yang kami kompilasi, terlihat bahwa valuasi (P/E ratio) dari IHSG berada di tengah-tengah. Namun jika diamati lebih jauh, valuasi IHSG hanya cenderung lebih mahal ketimbang indeks saham dari negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Jika dibandingkan dengan indeks saham dari negara-negara berkembang seperti India, Filipina, dan Malaysia, valuasi IHSG adalah lebih murah.

Jadi kalau dibandingkan dengan indeks saham negara-negara berkembang lainnya di Asia, sejatinya IHSG bisa dibilang berada dalam posisi yang cukup murah sehingga membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli pada hari ini. Apalagi, kali terakhir IHSG jatuh hingga 2% lebih yakni pada 11 Oktober 2018 (-2,02%), keesokan harinya IHSG mencetak apresiasi sebesar 0,94%.

Namun, pelaku pasar hendaknya jangan senang dulu. Walau secara valuasi sudah relatif murah, perdagangan di bursa saham tanah air pada hari ini dipastikan tak akan berlangsung mudah. Pasalnya, Wall Street 'kebakaran' pada perdagangan kemarin.

Pada perdagangan kemarin (berakhir dini hari ini waktu Indonesia), indeks Dow Jones ambruk 2,9%, indeks S&P 500 anjlok 2,98%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 3,47%.

Walau ada harapan bahwa IHSG akan bisa mencetak apresiasi pada perdagangan hari ini, seiring dengan valuasinya yang sudah relatif murah dan berkaca kepada kali terakhir IHSG ambruk hingga lebih dari 2%, apresiasi yang bisa dibukukan oleh IHSG tampaknya sangat terbatas. Kemungkinan terbesar, IHSG akan kembali jatuh jika melihat 'kebakaran' yang melanda Wall Street. (ank/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/33giz8P
via IFTTT

No comments:

Post a Comment