Pages

Monday, August 5, 2019

Dapat Berkah Dari China, Yen Kian Perkasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (6/8/19). Menyandang status safe haven, yen mendapat berkah dari pembalasan yang dilakukan China terhadap kenaikan bea impor yang diberikan AS.

Hal ini memicu kecemasan akan semakin membesarnya perang dagang kedua negara yang membuat investor mengalihkan investasinya ke aset aman atau safe haven.

Pada pukul 7:22 WIB, yen di perdagangan di kisaran 105,68/US$ atau menguat 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv, dan sudah menguat dalam empat hari berturut-turut dengan total 2,84%.

Yen mulai menguat sejak perdagangan Kamis (1/8/19) setelah Presiden AS, Donald Trump, yang menaikkan bea impor 10% terhadap produk China yang selama ini belum dikenakan tarif. Total nilai produk tersebut sebesar US$ 300 miliar dan mulai berlaku pada September.

Langkah Trump tersebut membuat China panas, memberikan balasan yang telak. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) pada hari mematok nilai kurs yuan hari ini 6,9225/US$ atau yang terlemah sejak Desember 2018, setelahnya mekanisme pasar membuat yuan terus melemah diperdagangkan di level 7,0470/US$.

"Saya pikir ini jelas balasan di mana pada masa lalu (perang dagang sebelumnya) China menahan diri untuk tidak melakukan hal tersebut (melemahkan mata uang)" kata Claudio Piron, Bank of America Merrill Lynch Global Research, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pelemahan nilai tukar mata uang dimaksudkan agar China memiliki keunggulan kompetitif di perdagangan internasional. Produk-produk dari China akan menjadi lebih murah jika yuan melemah, sehingga permintaan berpotensi meningkat, dan tingkat ekspor China akan naik.


Akibat kebijakan dari PBoC tersebut, Departemen Keuangan AS menetapkan China sebagai manipulator mata uang. Penetapan negara sebagai manipulator mata uang sebelumnya tidak pernah ada sejak pemerintahan Bill Clinton.

"Menteri Mnuchin, di bawah pemerintahan Presiden Trump hari ini telah menetapkan China sebagai Manipulator Mata Uang" pernyataan dari rilis Departemen Keuangan AS, sebagaimana dikutip CNBC International. "Dengan demikian, Menteri Mnuchin akan bekerjasama dengan Dana Moneter International (IMF) untuk menghilangkan keunggulan kompetitif yang tidak adil yang diciptakan oleh China melalui kebijakan terbarunya"

Belum ada respon dari China setelah ditetapkan sebagai manipulator mata uang, tetapi jika Pemerintah Beijing kembali membalas kebijakan AS, perang dagang bisa semakin tereskalasi, dan yen semakin diuntungkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2MMdijw
via IFTTT

No comments:

Post a Comment