Pages

Friday, August 9, 2019

Geger Currency War! Ini Deretan Sentimen Pasar Modal Sepekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal sepekan ini banyak diwarnai berbagai sentimen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu yang kian dicermati pasar ialah beralihnya perang dagang menjadi perang mata uang atau currency war ketika yuan China 'sengaja' dilemahkan oleh Tiongkok ke posisi US$ 7/yuan.

Depresiasi yuan membuat produk-produk asal China menjadi lebih murah di pasar global, sehingga mendongkrak kinerja ekspor Negeri Tirai Bambu. Jadi walau sulit masuk pasar AS, negara tujuan ekspor utama, China bisa leluasa berpenetrasi ke negara-negara lain.

Selain perang mata uang, d
iskusi perang dagang antara AS-China juga masih belum ada jalan keluar. Presiden AS Donald Trump bahkan kembali menaikkan tarif impor dari China sebesar 10% dan menambah komoditas yang dikenai tarif menjadi US$ 300 miliar dan berlaku pada September nanti.

Sebaliknya China juga memutuskan untuk menghentikan sejumlah impor dari Amerika, khususnya untuk produk pertanian.

Lebih lengkapnya, simak apa saja yang menarik sepekan ini.

1. Perpres Mobil Listrik Diteken, Saham 3 Emiten Nikel Meroket!
Saham emiten produsen nikel yakni PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), dan PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT) kompak ditutup melesat pada perdagangan Jumat (9/8/2019). Hal itu seiring dengan sentimen positif kejelasan regulasi kendaraan listrik.

Industri nikel Tanah Air memang akan terkena sentimen positif dengan aktivitas pembangunan pabrik kimia, terutama untuk memproduksi baterai bagi kendaraan listrik atau baterai electric vehicle (EV).


2. Waspada, Peluang Terjadinya Resesi Global Naik!
Peluang terjadinya resesi global selama 12 hingga 18 bulan ke depan telah meningkat dari 40% menjadi 50%. Hal ini karena adanya perang dagang antara AS-China yang ternyata semakin parah.

Analis Moody's Analytics, Steven G. Cocrane dan Katrina Ell menyampaikan laporan tersebut seperti dilansir dari The Star, Jumat (9/8/2019).  "Perang dagang telah meningkat melampaui perkiraan dan kemungkinannya tinggi untuk ekonomi global. Peluang resesi global kami untuk 12 hingga 18 bulan mendatang telah meningkat menjadi 50%," kata mereka.

3. Devaluasi Yuan Bisa Perparah CAD RI, Kenapa?
Devaluasi mata uang yuan akan berdampak pada kian banjirnya produk impor asal China ke Indonesia. Kondisi ini dikhawatirkan pengusaha karena berpotensi membuat neraca perdagangan kian 'boncos'.

Secara mengejutkan, bank sentral China, People's Bank of China, (PBoC) pada Senin ini (5/8/2019), menetapkan nilai tengah kurs yuan sebesar CNY 6,922/US$ yang merupakan terendah sejak 3 Desember 2018. Sementara pada akhir perdagangan Jumat kemarin kurs yuan ditutup pada level CNY 7,03/US$ yang merupakan posisi paling lemah sejak Maret 2008.

Presiden Direktur Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana berpendapat, dengan melemahnya nilai tukar yuan, maka ada ruang bagi keran impor dari Negeri Tirai Bambu kian deras. Hal ini jelas bisa memperlebar defisit neraca perdagangan.


4. Yuan Sengaja Dilemahkan (Lagi), Bursa Asia Terkoreksi
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri perdagangan Jumat ini (9/8/2019) di zona merah: indeks Shanghai jatuh 0,71%, indeks Hang Seng turun 0,69%, dan indeks Straits Times melemah 0,49%.

Sementara itu, indeks Nikkei dan Kospi membukukan penguatan masing-masing sebesar 0,44% dan 0,89%.

Kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China akan terus tereskalasi menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Melansir CNBC International, People's Bank of China (PBOC) selaku bank sentral China menetapkan titik tengah yuan pada hari ini di level 7,0136/dolar AS, lebih lemah dibandingkan titik tengah pada perdagangan kemarin (8/8/2019) di level 7,0039/dolar AS.

5. Mantap! Cadangan Devisa RI Lompat US$ 2 M di Juli
Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia per akhir bulan Juli 2019 dibacakan sebesar US$ 125,9 miliar oleh Bank Indonesia melalui siaran tertulis pada hari Rabu (7/8/2019).

Posisi tersebut menandakan adanya kenaikan cadangan devisa sebesar US$ 2,1 miliar dari bulan sebelumnya (Juni 2019).

Cadangan devisa sebesar itu setara dengan pembiayaan 7,3 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.


6. Bikin Gemetar, Ini Alasan CAD Bengkak di Atas 3% di Q2-2019
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 mengalami defisit sebesar US$ 1,98 miliar, berdasarkan siaran pers Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat (9/8/2019).

Kinerja NPI kali ini juga memburuk dibanding kuartal sebelumnya (kuartal I-2019) yang mampu mencatat surplus senilai US$ 2,4 miliar. Bahkan ini merupakan defisit yang pertama sejak kuartal III-2018.

7. Seram! Ancaman Baru Bagi IHSG Bernama Currency War
Kalangan analis menilai pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di atas 2,35% pada perdagangan hari ini disebabkan karena kekhawatiran pasar atas perang dagang yang makin panas antara Amerika Serikat dan China.

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan pelemahan yang terjadi pada indeks sejak pagi ini disebabkan karena pasar mengkhawatirkan terjadinya currency war. Apalagi saat ini renminbi atau yuan terus mengalami pelemahan terhadap dolar.

8. Diam-diam Harga CPO Sentuh Level Tertinggi dalam 10 Pekan
Harga minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) menyentuh level tertinggi dalam 10 pekan terakhir. Harapan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang terjaga membuat harga komoditas ini terkerek.

Pada perdagangan Kamis (8/8/2019) pukul 12:00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) menguat 0,29% ke MYR 2.110/ton (US$ 504,78/ton). Sehari sebelumnya, harga CPO ditutup menguat 0,1%.

(tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2MVy5RV
via IFTTT

No comments:

Post a Comment