Pages

Monday, August 12, 2019

Kisruh Dualisme Jababeka, 3 Startup Siap Masuk Bursa

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham domestik menutup perdagangan awal pekan ini, Senin kemarin (12/8/2019) dengan pelemahan 0,5% ke level 6.250,6. Sejak awal perdagangan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka terkoreksi.

Arah IHSG berkebalikan dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru nyaman ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai menguat 1,45% dan indeks Kospi menguat 0,23%. Sementara itu, indeks Hang Seng melemah 0,44%. Bursa Jepang libur memperingati Mountain Day, sementara Bursa Singapura libur Hari Idul Adha.

Sebelum perdagangan hari ini, Selasa (13/8/2019) dibuka, cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:


1.Terungkap! Ini Alasan Sugiharto Ditunjuk Jadi Dirut Jababeka
Kisruh saling klaim manajemen PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) masih berlanjut. Manajemen baru di bawah kendali Sugiharto, mantan Menteri BUMN era Oktober 2004 hingga Mei 2007, pun angkat bicara merespons kisruh dualisme manajemen ini.

Sugiharto, Direktur Utama Jababeka yang terpilih versi Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 26 Juni 2019, menjelaskan secara gamblang perihal pengangkatan dirinya sebagai direktur utama Jababeka.

Semula, namanya bersama Aries Liman diusulkan dalam agenda kelima pada RUPS Tahunan pada 26 Juni itu. Dalam RUPST tersebut, disetujui pengangkatan Sugiharto sebagai direktur utama dan Aries Liman sebagai komisaris Jababeka yang baru.

Saat voting, dua pemegang saham Jababeka yakni PT Imakotama Investindo dan Islamic Development Bank (IDB) memberikan kuasa masing-masing kepada Iwan Margana dan Pratama Capital Assets Management.

"Saya ini diusulkan, saya tidak mencari-cari pekerjaan," kata Sugiharto, saat ditemui awak media di kantornya di Equity Tower, Jakarta, Senin (12/8/2019).


2.Isu PHK Massal, Net TV Batal Masuk Bursa?
PT Net Visi Media, induk usaha stasiun televisi NET TV (PT Netmediatama) tampaknya urung untuk melanjutkan rencananya menjadi perusahaan publik pada tahun ini. Padahal perusahaan ini telah melakukan mini expose ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 Juli 2018.

Namun sayang, harapan NET TV untuk menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO) sirna. Nama Net Visi Media tak kunjung memeriahkan papan perdagangan di bursa hingga akhir periode laporan keuangan awal yang digunakan yakni Desember 2018 berakhir (periode 6 bulan pengajuan).

Berdasarkan pipeline daftar calon emiten terakhir, dari 16 calon emiten baru BEI tak lagi memasukkan nama perusahaan ini sebagai salah satu calon emitennya.

"[Mengenai mundurnya Net Visi Media] Konfirmasi saja ke manajemen perusahaan," kata IGD N Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, pada Senin (12/8/2019) di Gedung BEI.

Rencananya NET TV membidik dana senilai Rp 1 triliun dari aksi korporasi IPO. Datangnya pihak NET TV ke BEI kala itu diwakili oleh Wishnutama Kusubandio yang saat itu masih menjabat sebagai CEO NET TV, Agus Lasmono dari Indika Group dan perwakilan dari PT NH Korindo Sekuritas yakni Rama Gautama selaku penjamin emisi efek atau underwriter.


3. Startup Siap Masuk Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan saat ini sudah terdapat 16 calon emiten baru yang sedang dalam proses menjadi perusahaan terbuka (emiten) yang sahamnya tercatat di papan bursa. Dari jumlah itu, tiga di antaranya merupakan perusahaan rintisan atau startup binaan Bursa dalam IDX Incubator.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD N Yetna Setia mengatakan tiga dari perusahaan binaan Inkubator tersebut bakal melantai atau menawarkan saham perdana (initial public offering/IPO) di tahun ini. Salah satunya adalah perusahaan yang menjalankan bisnis financial technology (fintech).

"Ada lagi, tunggu saja. Kami sampaikan paling tidak tiga dari Inkubator, akan ada salah satunya fintech. Kan Incubator tidak semuanya fintech," kata Yetna di Gedung BEI, Jakarta, Senin (12/8/2019).

4.Moody's Downgrade Perusahaan Hary Tanoe, Makin Tak Meyakinkan
Lembaga pemeringkat global Moody's dalam riset terbarunya menurunkan peringkat utang PT MNC Investama Tbk (BHIT) sebanyak satu level, dari B3 menjadi Caa1.

Penurunan peringkat utang tersebut berlaku untuk peringkat grup/keluarga perusahaan (Corporate Family Rating/CPR). Moody's juga ikut menurunkan peringkat surat utang senior BHIT dari Caa1 menjadi Caa2.

Untuk diketahui, sejatinya peringkat utang B (1,2,3) ataupun Caa (1,2,3) tidak termasuk dalam kategori investment grade atau layak investasi. Peringkat 'B (1,2,3)' diberikan ketika surat utang dianggap spekulatif dan memiliki risiko kredit yang tinggi. Sedangkan peringkat Caa (1,2,3) dinilai memiliki posisi yang buruk dengan risiko kredit yang sangat tinggi.

5.Komoditas Lesu, Asing Tinggalkan Saham United Tractors Rp 3 T
Anak usaha Grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR) memimpin deretan saham-saham top losers pada perdagangan sesi I, Senin ini (12/8/2019) setelah harga sahamnya amblas hingga 4,31% di tengah kejatuhan harga komoditas baik pertambangan maupun minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Data Bursa Efek Indonesia mencatat pada perdagangan pukul 11.23 WIB, saham UNTR amblas 4,31% di level Rp 22.175/saham dengan nilai transaksi Rp 104 miliar dan volume perdagangan 4,16 juta saham.

Dalam setahun terakhir, saham UNTR amblas 33% dan secara year to date atau sejak Januari hingga 12 Agustus ini, saham emiten alat berat Grup Astra ini anjlok 19%.

Investor asing hari ini melepas (net sell) saham UNTR sebesar Rp 34 miliar, sepekan terakhir asing lego saham ini hingga Rp 146 miliar dan setahun terakhir saham UNTR dilepas asing hingga Rp 3,35 triliun di semua pasar (pasar reguler net sell Rp 3,01 triliun).

(tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2YK7Xki
via IFTTT

No comments:

Post a Comment