Pages

Monday, September 23, 2019

Buwas Marah Besar! Mafia Tipu-Tipu Beras Buat Orang Miskin

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Bulog Budi Waseso marah besar dengan aksi para pemburu rente di program bantuan beras buat orang miskin. 

Ia sampai-sampai menggelar konferensi pers terkait temuan Bulog terhadap program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) di lobby gedung Bulog, Jakarta, Senin (23/9/2019). 

Pada kesempatan itu, dia membeberkan kejahatan dalam program tersebut. BPNT dahulu bernama beras sejahtera (rastra) yang sebelumnya bernama beras miskin (raskin), yang sebagian pasokannya dilakukan oleh Perum Bulog, dan distributor swasta.

Ia mengatakan hal yang membuatnya marah terkait dugaan penyimpangan BPNT. Buwas menjelaskan ada pemalsuan merek beras. Di karung beras terlihat merek premium, namun nyatanya distributor menjual kualitas medium. Selain itu, dalam temuan timnya, dari 3000 e-Warong, sekitar 300 adalah e-Warong 'siluman'.

"Tambal ban bisa jadi e-Warong. Tambal ban, dia bisa menyalurkan BPNT. Ada kios-kios nggak jelas, siluman, yang buka hanya saat BPNT. Setelah itu nggak ada lagi. Ini ada mafia, supplier-nya mereka yang tahu. Ada kerja sama dengan supplier e-Warong, nanti kita buktikan, termasuk oknum dari Himbara (Himpunan Bank Milik Negara)," katanya.

Bulog sejatinya diberikan jatah untuk menjadi penyedia beras BPNT 2019 sebanyak 100% oleh Kementerian Sosial (Kemensos) selaku penyelenggara BPTN, dari sebelumnya sebanyak 30%. Namun hal itu tidak sepenuhnya terealisasi, sampai saat ini Bulog masih juga berhadapan dengan distributor beras dari pemasok lainnya.

Kabag Humas Bulog Tomi Wijaya mengatakan, belum semua penyalur mengikuti Surat Edaran Kemensos bahwa BPNT harus menggunakan beras Bulog.

Untuk distribusi ke e-Warong, Bulog bekerja sama dengan beberapa pemasok. Dengan kondisi saat ini, artinya, penerima bantuan boleh memilih beras mana yang ingin mereka ambil.

Buwas dalam paparannya juga mengungkap kegeramannya setalah beredarnya tudingan yang menyebut beras BPNT Bulog bau dan berkutu. "Kalau beras bulog viral bau, itu hanya ingin membangun opini bahwa eras Bulog jelek," kata Buwas.

Terkait realisasi beras untuk BPNT, Buwas mengaku bahwa Bulog baru menyalurkan sekitar 30 ribu ton beras dari penugasan 700 ribu ton untuk program BPNT 2019.

"Perintahnya seratus persen, tapi nggak bisa. Bayangkan, satu bulan pertama seharusnya mininal 130 ribu ton, tapi faktanya sekarang masih 30 ribu ton, yang lainnya dikuasai sama sontoloyo-sontoloyo ini," ucap Buwas.

"Kasihan penerima, ini umpannya beras 5 kg, timbang deh, ada nggak 5 kg, nggak? Tapi ini diterimakan seolah-olah 5 kg. Ini beras atau premium? Medium, tapi seolah-olah premium," kara Buwas.

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk non tunai dari pemerintah yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang bahan pangan/e-warong yang bekerjasama dengan bank.Bahan Pangan dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai ini adalah beras dan telur.

E-warong adalah agen bank, pedagang dan/atau pihak lain yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan ditentukan sebagai tempat pembelian bahan pangan oleh KPM, yaitu pasar tradisional, warung, toko. Nama-namanya antara lain e-Warong KUBE, Warung Desa, Rumah Pangan Kita (RPK), Agen Laku Pandai, Agen Layanan Keuangan Digital (LKD) yang menjual bahan pangan, atau usaha eceran lainnya. (hoi/hoi)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2kILPUw
via IFTTT

No comments:

Post a Comment