Pages

Monday, September 23, 2019

Hantu Resesi dan Demo di Istana, Gimana Nasib Harga Emas?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menguat di pasar spot memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Senin tadi malam. Penguatan harga emas global ini berpotensi akan mengerek harga emas Antam di Tanah Air pada perdagangan Selasa ini (24/9/2019) kembali rebound alias menguat.

Kecemasan akan pelambatan ekonomi global hingga potensi resesi yang dihadapi negara-negara maju membuat pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas.

Pada pukul 20:04 WIB tadi malam, emas global diperdagangkan di level US$ 1.520,34/troy ons atau menguat 0,24% di pasar spot melansir data Refinitiv.


Kecemasan akan pertumbuhan ekonomi global kembali muncul setelah Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 2,9%, dibandingkan proyeksi sebelumnya 3,2%.

Perang dagang AS-China menjadi pemicu utama pelambatan ekonomi global, bahkan AS diramal akan mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan.

"Ada resesi yang akan datang dalam 12 bulan ke depan," kata analis pasar kenamaan AS David Rosenberg sebagaimana dilansir CNBC International.

Foto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)

Menurutnya upaya bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga akhir pekan lalu, tidak akan berpengaruh signifikan. Kedatangan resesi, tegasnya, hanya masalah waktu.

Kekhawatiran resesi inilah yang menjadi salah satu faktor harga emas sempat melesat tinggi di tahun ini, hingga mencapai US$ 1,557/troy ons pada 4 September lalu.


German Melambat

Tidak hanya AS, Eropa juga mendapat ancaman yang sama. Data terbaru yang dirilis hari ini menunjukkan pelambatan aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) di Benua Biru yang tercermin dari angka indeks yang dirilis IHS Markit.

Indeks ini merupakan hasil survei dari manajer pembelian sehingga disebut juga purchasing managers' index (PMI). Angka 50 menjadi ambang batas, di atas 50 menunjukkan ekspansi atau peningkatan aktivitas, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.

Aktivitas manufaktur zona euro mengalami pelambatan 8 bulan beruntun. Di bulan September, Markit melaporkan angka indeks di level 45,6, turun dari sebelumnya 47,0. Sektor jasa juga melambat menjadi 52,5, dari sebelumnya 54,8.

Sementara Perancis, negara dengan ekonomi terbesar kedua di zona euro juga dilaporkan mengalami pelambatan aktivitas bisnis. Sektor manufaktur dilaporkan melambat menjadi 50,3 dari sebelumnya 51,1, sementara sektor jasa melambat menjadi 51,6 dari sebelumnya 53,4. 

Kemudian yang paling parah, Jerman, sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar di zona euro dan Eropa dilaporkan mengalami kontraksi sektor manufaktur dalam sembilan beruntun. Markit melaporkan manufaktur PMI bulan September sebesar 41,4, turun dari bulan sebelumnya 43,5.

Sementara sektor jasa meski masih berekspansi mengalami pelambatan menjadi 52,5 dari sebelumnya 54,8.

Akibat terus memburuknya ekonomi Jerman, resesi teknikal kini mulai mengancam.


Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal II-2019 mengalami kontraksi sebesar 0,1% secara kuartalan atau quarter-on-quarter. Dengan aktivitas manufaktur yang terus memburuk, maka di kuartal III-2019 Jerman berpeluang besar kembali mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi, sehingga bisa disebut mengalami resesi teknikal.

Rilis data dari zona euro pada Senin kemarin membuat emas yang sebelumnya melemah ke level US$ 1.511/troy ons langsung berbalik menguat. Resesi sekali lagi menjadi "kata sakti" yang bisa membuat harga emas terus berkilau.

LANJUT KE HALAMAN 2: Demo besar-besaran, harga emas Antam?

(tas/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2mhv17C
via IFTTT

No comments:

Post a Comment