Pages

Tuesday, September 3, 2019

Masih Ada Harapan No-Deal Brexit Pupus

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota parlemen Inggris mengalahkan Perdana Menteri Boris Johnson di parlemen pada Selasa (3/9/2019). Dalam pemungutan suara yang dilakukan di sidang terbatas tersebut, suara parlemen sepakat menjegal keinginan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa perjanjian (no-deal Brexit).

Langkah parlemen mengambil alih kekuasaan dari Johson ini juga menumbangkan keinginan pengganti Theresa May itu untuk melakukan pemilu sela. Johson bermaksud mengadakan pemilihan agar bisa mengubah komposisi parlemen supaya diisi lebih banyak pendukungnya.

Sebagaimana dilansir dari Reuters, pemerintah Inggris dikalahkan dengan perbandingan suara tipis. Parlemen yang tidak setuju akan no deal Brexit, mendapatkan 328 suara.


Meski demikian, kemenangan ini baru langkah awal untuk menjegal keinginan Johnson akan no-deal Brexit. Rabu (4/9/2019) ini, parlemen akan berupaya meloloskan undang-undang untuk menunda kembali pemberlakuan Brexit.

Sebagaimana diketahui penundaan keluarnya inggris dari Eropa sudah dua kali dilakukan, dengan yang terakhir berujung pada mundurnya tanggal Brexit ke 31 Oktober nanti. Jika, upaya parlemen berhasil, kemungkinan Brexit akan mundur hingga 31 Januari.

Situasi yang dihadapi Johson ini sama persis dengan situasi yang dulu dihadapi pendahulunya Theresa May.
May gagal mendapatkan dukungan dari anggota parlemen dan akhirnya mundur.

Sementara itu, Johnson menolak hasil pemungutan suara. "Saya tidak ingin pemilihan, tetapi jika anggota parlemen memilih besok untuk menghentikan perundingan dan memaksa penundaan tak berguna lainnya untuk Brexit, yang berpotensi selama bertahun-tahun, maka itu akan menjadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan ini," kata Boris Johnson kepada parlemen setelah pemungutan suara, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (04/09/2019).

"Saya bisa memastikan bahwa kita malam ini mengajukan mosi di bawah UU Parlemen Tetap," tegasnya lagi.

Keluarnya Inggris tanpa kesepakatan dengan Uni eropa bisa membawa negara itu pada krisis dan kelangkaan. Dalam sebuah dokumen operasi yellowhammer, milik pemerintah, Inggris bisa didera kelangkaan pangan, obat-obatan hingga bahan bakar.

Pengaruh ke RI

Sementara itu, menurut pengamat Ekonomi Core indonesia Muhammad Faisal, no-deal brexit tentu berdampak pada Indonesia. Namun khususnya ke perdagangan dampaknya tidak signifikan.

"Untuk trade relatif kecil karena Inggris negara tujuan ekspor ke 20 dengan nilai ekspor kurang dari 10%," katanya pada CNBC Indonesia.

Ia mengatakan no-deal brexit justru positif untuk Indonesia. Karena sektor keuangan dan aliran modal, kemungkinan akan mendapat aliran dana dari negara maju. "Sehingga berdampak pada rupiah," ujarnya lagi.

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Ur0PUe
via IFTTT

No comments:

Post a Comment