Pages

Friday, September 6, 2019

RI RIbet! Jokowi Marah, Perusahaan China Lebih Pilih Vietnam

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kesal karena Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara tetangga dalam menarik investasi. Perusahaan-perusahaan China yang melakukan ekspansi ke Asia Tenggara, banyak yang memilih untuk pindah ke Vietnam, Malaysia, Thailand dan Kamboja.

"Dari investor-investor yang kita temui, dan catatan yang disampaikan Bank Dunia kepada kita, dua bulan yang lalu ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar, 23 memilih Vietnam, 10 lainnya pergi ke Malaysia, Thailand, Kamboja. Nggak ada yang ke kita," kata Jokowi, Rabu (4/9/2019).

Menurut Jokowi, tak ada perbaikan dalam hal investasi yang berhasil dicapai oleh Indonesia meski telah berkali-kali dibahas. Hingga membuat Indonesia masih kalah dari negara tetangga.


Menurutnya, Vietnam yang dulu negara tertutup kini telah berubah menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru. Bahkan saat ini pertumbuhan ekonomi Vietnam adalah yang terbaik di antara negara-negara ASEAN 6.

Jadi kenapa Indonesia kalah dari negara-negara ini terutama Vietnam dari segi menarik investor asing?

Salah satu masalah besar Indonesia adalah proses perizinan investasi yang rumit dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

"Setelah dilihat lebih detail lagi kalau mau pindah ke Vietnam hanya butuh waktu 2 bulan rampung. Kita bisa bertahun-tahun. Penyebabnya hanya itu. Enggak ada yang lain," tegas Presiden.

Ketua Komite bidang Kerjasama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo mengungkapkan pemerintah Vietnam akan mempermudah semua tahapan perizinan. Pengusaha dibuat senyaman mungkin.


Selain itu, ongkos investasi yang lebih murah daripada Indonesia. Berdasarkan laporan Foreign Investment Agency (FIA) dan Ministry of Planning & Investement (MPI) Vietnam 2018, biaya investasi di kota Ho Chi Minh lebih murah dibandingkan Jakarta.

Sebagai contoh, untuk menyewa Grade A Office hanya membutuhkan biaya US$ 17/m2/bulan. Sedangkan untuk menyewa tempat yang sama di Jakarta membutuhkan biaya US$ 50/m2/bulan.

Biaya tenaga kerja juga menjadi pertimbangan lainnnya. Di Vietnam pun lebih murah. Upah pekerja untuk sektor manufaktur di Vietnam rata-rata adalah US$ 3.673/tahun. Sedangkan di Indonesia mencapai US$ 5.421/tahun.

Tidak hanya di level kerah biru, untuk tenaga kerja tingkat menengah-tinggi pun Vietnam lebih kompetitif soal upah. Gaji insinyur di Vietnam per tahun adalah US$ 7.315 sedangkan di Indonesia mencapai US$ 8.066.


Untuk upah level manager Vietnam juga lebih murah. Rata-rata per tahun seorang manajer di sektor manufaktur di Vietnam digaji US$ 15.418. Indonesia? US$ 16.889/tahun.

Pajak yang dikenakan di Vietnam juga relatif lebih murah dibanding Indonesia. Untuk pajak korporasi (CIT) atau Pajak Penghasilan (PPh) Badan, Indonesia mematok flat di angka 25% sedangkan di Vietnam hanya 20% kecuali untuk sektor migas.

Untuk Value Added Tax (VAT) alias Pajak Pertambahan Nilai (PPN) keduanya mematok angka yang sama yaitu 10%. Namun Vietnam juga memberikan berbagai macam insentif pajak seperti pembebasan atau pengurangan pajak penyewaan dan penggunaan lahan.

Faktor terakhir adalah, ditinjau dari lokasi geografisnya, Vietnam terletak di tengah Asia Tenggara dan di bagian utara berbatasan langsung dengan China. Hal ini tentu menguntungkan Vietnam karena lebih dapat terintegrasi ke rantai pasok dari China yang notabene sebagai investor strategis bagi Vietnam dan Indonesia.

(hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/34mo2eW
via IFTTT

No comments:

Post a Comment