Pages

Tuesday, October 22, 2019

Pengumuman Kabinet Hari Ini, Rupiah Bisa Raja Asia Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda apresiasi rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).

Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar kemarin dibandingkan hari ini, Rabu (23/10/2019), mengutip data Refinitiv:


Periode Kurs 22 Oktober (15:52 WIB) Kurs 23 Oktober (6:56 WIB)
1 Pekan Rp 14.025,1 Rp 14.009
1 Bulan Rp 14.065,6 Rp 14.040
2 Bulan Rp 14.112,1 Rp 14.089,75
3 Bulan Rp 14.150 Rp 14.142,75
6 Bulan Rp 14.331,3 Rp 14.309,25
9 Bulan Rp 14.490,6 Rp 14.481,5
1 Tahun Rp 14.685,6 Rp 14.666
2 Tahun Rp 15.440,1 Rp 15.403

Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 22 Oktober pukul 15:52 WIB:
Periode Kurs
1 Bulan Rp 14.055
3 Bulan Rp 14.170

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.

Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.

Rupiah pada perdagangan Selasa kemarin sangat perkasa melawan dolar AS di saat mayoritas mata uang utama Asia mengalami pelemahan. Mata Uang Garuda bahkan sempat mencicipi level Rp 13.990/US$.

Gambaran kabinet Jokowi periode kedua disambut baik oleh pelaku pasar yang membuat rupiah menguat tajam.

Menariknya, Partai Gerindra merupakan oposisi pada pemerintahan Jokowi periode pertama kini hampir pasti menjadi bagian dari kekuasaan. Iklim investasi tentunya akan membaik jika situasi politik dalam negeri teduh.

Ketum Gerindra, Prabowo Subianto, yang juga lawan Jokowi saat Pilpres lalu diproyeksikan menjadi menteri pertahanan.

Sementara itu Sri Mulyani Indrawati diproyeksikan tetap sebagai menteri keuangan. Selasa kemarin Sri Mulyani mengaku dapat pesan khusus dari Jokowi untuk menyampaikan posisinya, tanpa menunggu pengumuman dari Jokowi hari ini.

Nama Sri Mulyani sepertinya menjadi kunci keperkasaan rupiah. Kinerja Sri Mulyani dinilai memuaskan, dan ke depan eks pejabat teras Bank Dunia ini diramal mampu mengejawantahkan program-program Jokowi, terutama di sisi perpajakan.

Misalnya, Jokowi berencana untuk memangkas tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang saat ini 25%. Ke depan, rencananya tarif turun menjadi 20%.

Stimulus fiskal ini tentu sangat dinanti oleh dunia usaha, baik di sektor riil maupun sektor keuangan. Beban PPh yang berkurang bisa menjadi modal untuk melakukan ekspansi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan konsumsi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA  (pap/pap)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/32FOuPk
via IFTTT

No comments:

Post a Comment