Pages

Thursday, October 10, 2019

Perang Dagang AS-China Udah Mau Deal, AS-Eropa Kapan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Roberto Azevedo, berharap Eropa dan Amerika Serikat (AS) mau duduk bersama dan menegosiasikan solusi untuk masalah subsidi yang melibatkan perusahaan pesawat Airbus dan Boeing.

Hal itu ia sampaikan kepada Joumanna Bercetche dari CNBC di Jenewa, Kamis (10/10/19).


"Saya berharap semua pihak akan duduk dan berbicara serta menemukan solusi yang dinegosiasikan karena peningkatan hambatan tarif dan pembatasan perdagangan adalah hal yang paling tidak kita butuhkan pada saat ini," kata Azevedo, seperti dikutip dari CNBC International.

Sebelumnya pada pekan lalu, para arbiter dari WTO memberi pemerintahan Presiden Donald Trump hak untuk memungut miliaran dolar melalui impor barang-barang Eropa sebagai hukuman atas pemberian subsidi ilegal dari pemerintah Eropa kepada Airbus.


Trump kemudian menyebut keputusan itu sebagai kemenangan yang menyenangkan.

"AS memenangkan penghargaan US$ 7,5 Miliar dari Organisasi Perdagangan Dunia melawan Uni Eropa, yang selama bertahun-tahun memperlakukan AS dengan sangat buruk pada Perdagangan karena menerapkan Tarif, Hambatan Perdagangan, dan banyak lagi. Kasus ini berlangsung bertahun-tahun, kemenangan yang menyenangkan!" katanya di Twitter.

Namun ternyata, sebelumnya Uni Eropa (UE) telah lebih dulu melaporkan AS terkait tuduhan yang sama ke WTO. Yaitu bahwa pemerintah federal AS mengucurkan subsidi ilegal ke Boeing. Akibatnya, UE mengatakan ingin membalas menerapkan tarif pada AS.

Namun, Azevedo mengatakan, memberlakukan tarif impor akan cenderung menghasilkan efek domino dalam perdagangan.

"Anda tidak dapat berharap bahwa Anda dapat mengenakan tarif dan hambatan dan semua orang akan duduk dan bertepuk tangan dengan tenang. Mereka akan merespons," katanya.

Lebih lanjut, Azevedo juga membahas masalah rencana keluarnya Inggris dari UE atau Brexit. Ia menyebut Brexit yang tanpa kesepakatan (no-deal Brexit) akan memperburuk ekonomi dunia, di tengah perang dagang AS-Eropa.

"Brexit tanpa kesepakatan akan merugikan pertumbuhan Uni Eropa dan Inggris," jelasnya. "Itu (pertumbuhan) tidak akan berhenti tetapi akan ada konsekuensinya. Semakin banyak hambatan, lebih banyak tarif, dan hal-hal itu berdampak negatif pada perekonomian,"

Inggris dan Irlandia Utara hanya memiliki sisa waktu tiga minggu sebelum keluar dari UE, pada 31 Oktober. Namun hingga saat ini, belum ada kesepakatan baik di Parlemen Inggris atau antara London dan Brussels.

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2VvmX0o
via IFTTT

No comments:

Post a Comment