Sepanjang minggu ini, rupiah melemah 0,14% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Dolar AS berhasil menyentuh Rp 14.100, terkuat sejak 18 Oktober.
Akan tetapi, rupiah tidak sendiri di zona merah. Mayoritas mata uang utama Asia juga tidak berdaya meladeni keperkasaan greenback.
Dolar Singapura menjadi mata uang terlemah di Asia. Rupiah menyusul di peringkat kedua dari bawah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning sepanjang minggu ini:
Isu hubungan AS-China menjadi sentimen yang dominan menggerakkan pasar pekan ini. Pada 27 November, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan Washington dan Beijing sudah dekat untuk mencapai perjanjian dagang.
"Kami sedang dalam putaran terakhir dalam pembahasan kesepakatan yang sangat penting. Bahkan saya rasa ini akan menjadi salah satu kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah. Semua berjalan baik, tetapi pada saat yang sama kami ingin ada perbaikan di Hong Kong," kata Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Trump menambahkan, Presiden China Xi Jinping tentu akan mewujudkan kedamaian dan ketertiban di Hong Kong yang dilanda aksi unjuk rasa selama berbulan-bulan. Trump yakin China akan merespons positif hasil pemilihan Dewan Distrik di Hong Kong di mana kubu pro-demokrasi menang telak.
"Saya rasa Presiden Xi bisa melakukan itu. Saya kenal beliau, dan beliau akan mewujudkannya," ujar Trump.
Kemudian pada 28 November, Trump memberi kejutan dengan meneken Undang-undang penegakan demokrasi dan hak asasi manusia di Hong Kong. UU tersebut adalah usulan dari Kongres.
"Saya meneken UU ini sebagai bentuk respek kepada Presiden Xi (Jinping), China, dan rakyat Hong Kong. UU ini disahkan dengan harapan pemimpin dan perwakilan China di Hong Kong dapat mengatasi perbedaan serta menciptakan perdamaian dan kemakmuran bagi semua," kata Trump melalui keterangan tertulis.
Seperti diduga, China pun murka. Kementerian Luar Negeri China menegaskan Beijing pasti akan melakukan 'serangan balasan'.
"Anda lihat saja. Apa yang akan terjadi, terjadilah," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.
Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times (yang berafiliasi dengan pemerintah China), mengungkapkan counter attack itu akan berupa larangan masuk ke wilayah China bagi orang-orang yang terlibat dalam penyusunan UU penegakan hak asasi manusia di Hong Kong. Larangan masuk itu tidak hanya berlaku di daerah China daratan.
"Menurut apa yang saya tahu, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Presiden Trump dan rakyat AS, China sedang mempertimbangkan untuk melarang orang-orang menyusun UU hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong ke daftar hitam. Mereka tidak bisa masuk ke China, Hong Kong, dan Makau," ungkap Hu dalam cuitan di Twitter.
Kemesraan AS-China yang memudar membuat prospek damai dagang menjadi samar-samar. Kalau sampai kesepakatan dagang Fase I gagal dan api perang dagang kembali berkobar, maka rantai pasok global tidak akan pulih bahkan semakin parah. Perlambatan ekonomi bahkan resesi akan menjadi berita yang datang bertubi-tubi.
Ini tentu membuat investor enggan masuk ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang. Kekurangan 'darah', rupiah dkk di Asia tidak punya pilihan selain melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2qOIlTD
via IFTTT
No comments:
Post a Comment