"Kami merekomendasikan menunggu [wait and see] pada hari ini, dan bersiap untuk mengikuti lelang FR0083 yang baru pada esok hari," ujar Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya pagi ini (4/11/19).
Dia dan tim menilai pasar obligasi rupiah pemerintah sudah mengalami fase overbought dan membuat koreksi terbuka lebar.
Menurut dia, koreksi tersebut memang dibutuhkan saat ini jika pelaku pasar berharap harga pasar obligasi dapat naik hingga akhir tahun."Tahun 2019 sudah hampir habis, fokusnya adalah menjaga irama yang sudah bagus ini untuk terus berlanjut hingga akhir tahun."Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun, lanjutnya, juga masih memberikan potensi yang cukup besar untuk berada di bawah 7%, dan hal itu mungkin terjadi apabila ada sentimen positif terutama kesepakatan pertama yang telah ditanda tangani oleh Amerika Serikat (AS) dan China dalam waktu dekat.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Nasabs
via IFTTT
No comments:
Post a Comment