Pages

Sunday, November 3, 2019

Tekanan Jual Masih Tinggi, IHSG Berpotensi Menguat Terbatas

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski sudah berganti bulan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum bisa lepas dari tekanan jual. Pada perdagangan Jumat pekan lalu (1/11/2019), IHSG ditutup dengan penurunan 21 poin atau turun 0,34% ke level 6.207,19.

Penurunan tersebut salah satunya disebabkan aksi jual investor asing pada saham-saham blue chip. Asing membukukan penjualan bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 363 miliar, namun di semua pasar hanya Rp 215 miliar karena terjadi net buy di pasar nego dan tunai.

Untuk perdagangan Senin (4/11/2019), 
Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi IHSG akan kembali menguat secara terbatas. Rentang pergerakannya diperkirakan pada level 6.180 hingga 6.275.


Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), data perdagangan mencatat, tiga indeks utama pada akhir pekan lalu ditutup menguat karena rilis data ketenagakerjaan AS yang menggembirakan. Indeks Dow Jones melesat 1,11%, S&P 500 naik 0,97%, sementara Nasdaq terbang 1,13%.


Departemen Tenaga Kerja AS, pada bulan Oktober mengungkapkan adanya 128.000 pekerjaan. Jauh di atas perkiraan Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones yang memperkirakan kenaikan angka hanya 75.000 pekerjaan.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data angka inflasi untuk bulan Oktober sebesar 0,02% (month to month/MoM). Sementara secara secara year on year angka inflasi mencapai 3,13%, masih di bawah target pemerintah sebesar 3,5%.

Konsensus pasar CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,12% secara MoM dan inflasi tahunan (year-on-year/YoY) sebesar 3,23%.

Secara teknikal, terbentuknya pola lilin hitam pendek (short black candle) pada akhir perdagangan saham kemarin menggambarkan bahwa tekanan jual masih berlanjut. Namun pola tersebut sebenarnya tidak tergolong kuat, sehingga potensi technical rebound masih terbuka.

Secara momentum, pergerakan IHSG belum menyentuh level jenuh belinya (overbought) yang menunjukkan potensi kenaikan masih terbuka, menurut indikator teknikal relative strength index (RSI).

Sumber: Tim Riset CNBC Indonesia, Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(yam/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/36r6tvf
via IFTTT

No comments:

Post a Comment