Pages

Monday, July 15, 2019

Hijau Lagi Sob! Mampukah IHSG Menguat 2 Hari Beruntun?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan koreksi sebesar 0,05% ke level 6.414,73, dengan cepat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membalikkan keadaan. Pada pukul 09:30 WIB, IHSG sudah mencetak apresiasi sebesar 0,09% ke level 6.423,76. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka IHSG akan membukukan penguatan selama dua hari beruntun.

IHSG bisa mencetak apresiasi kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia justru sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei jatuh 0,7%, indeks Shanghai melemah 0,16%, indeks Hang Seng turun 0,16%, dan indeks Kospi terpangkas 0,03%.

Performa Wall Street yang menggembirakan tak mampu mengerek kinerja bursa saham Benua Kuning. Pada perdagangan kemarin (15/7/2019), indeks Dow Jones ditutup naik 0,1%, indeks S&P 500 menguat 0,02%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,17%. Walaupun tipis, ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertingginya sepanjang masa.


Ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan dalam pertemuan bulan ini menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS.

Kinerja bursa saham Asia dibebani oleh rilis angka pertumbuhan ekonomi China yang mengecewakan. Kemarin, biro statistik Negeri Panda mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China periode kuartal II-2019 berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.

Sejatinya, data ekonomi China lainnya bisa dibilang menggembirakan. Kemarin, produksi industri periode Juni 2019 diumumkan tumbuh sebesar 6,3%, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,2%, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, penjualan barang-barang ritel periode Juni 2019 diumumkan melejit hingga 9,8% YoY, di atas konsensus yang sebesar 8,5%, dilansir dari Trading Economics.

Dari kedua data tersebut, terlihat bahwa tekanan terhadap perekonomian China sudah mengendur pada bulan Juni, walaupun secara keseluruhan untuk kuartal II-2019 terdapat tekanan yang signifikan.

Tapi tampaknya, pelaku pasar masih mengkhawatirkan laju perekonomian China. Pasalnya, hingga kini perang dagang dengan AS belum juga bisa diselesaikan.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar. (ank/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2YSS8DG
via IFTTT

No comments:

Post a Comment